
Data Terbaru Korban Keracunan Sajian Makan Bergizi Gratis di Cipongkor
Hingga Selasa (23/9/2025) sore, tercatat sebanyak 393 siswa yang menjadi korban keracunan setelah mengonsumsi sajian Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Cipongkor. Hal ini diungkapkan oleh Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat, Lia N Sukandar, saat dikonfirmasi.
Menurut data yang diperoleh, mayoritas korban telah diperbolehkan pulang ke rumah dengan status rawat jalan. Dari total 393 korban tersebut, sebanyak 39 orang masih menjalani rawat inap. Meski demikian, jumlah yang dirawat inap kini semakin berkurang.
Penanganan terhadap para korban dilakukan di beberapa lokasi, antara lain:
- Posko Puskesmas Cipongkor: Ada 93 siswa tercatat sebagai korban, dan semua sudah diperbolehkan pulang.
- RSUD Cililin: Terdapat 32 korban, dengan 18 orang masih menjalani rawat inap.
- Posko Kecamatan Cipongkor: Terdata 240 korban, di mana 238 diantaranya sudah diperkenankan pulang, sementara dua orang masih dirawat.
- RSIA Anugrah: Ada 22 korban, dengan 13 orang masih menjalani rawat inap.
- Klinik Permata Hati: Terdapat 6 korban, dan seluruhnya masih menjalani rawat inap.
Dari data tersebut, RSUD Cililin menjadi tempat dengan jumlah korban rawat inap terbanyak, yaitu 18 orang, sedangkan 14 lainnya sudah kembali ke rumah.
Lia juga memberikan informasi lebih rinci tentang gejala-gejala yang dialami oleh para korban. Beberapa di antaranya adalah mual (270 orang), muntah (91 orang), pusing (246 orang), diare (36 orang), sakit kepala (45 orang), lemas (78 orang), sesak napas (100 orang), demam (52 orang), dan sakit perut (107 orang).
Petugas medis tetap berada di lokasi untuk memastikan penanganan yang optimal terhadap para korban. Tidak ada indikasi adanya peningkatan kasus dalam waktu dekat.
Operasional Dapur MBG Dihentikan Sementara
Badan Gizi Nasional (BGN) mengambil tindakan tegas terhadap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menyebabkan ratusan siswa di Kecamatan Cipongkor keracunan. Hal ini diumumkan langsung oleh Kepala BGN, Dadan Hindayana, saat melakukan sidak ke lokasi kejadian.
"Kami sudah meminta untuk menghentikan operasional sementara," ujar Dadan. Ia menegaskan bahwa penghentian operasional ini dilakukan sebagai langkah antisipasi hingga penyelidikan selesai.
Dadan juga melakukan peninjauan langsung ke SPPG yang menyediakan sajian MBG. Ia menduga ada keteledoran dalam proses penyediaan makanan yang menyebabkan keracunan pada banyak siswa. "Kondisi tempatnya bagus, tapi mungkin ada kesalahan dalam pelaksanaannya. Itu harus menjadi bahan evaluasi," katanya.
Ia menjelaskan bahwa regulasi penerbitan izin SPPG telah dirancang secara ketat, termasuk dalam hal teknis seperti Standar Operasional Prosedur (SOP) penyediaan bahan baku hingga produksi sajian. "Jika mereka sudah dinyatakan siap operasional, itu berarti sudah memenuhi standar. Namun, dalam pelaksanaannya mungkin ada hal-hal yang tidak terencana."
Sebelum kejadian ini, ratusan siswa dari berbagai tingkat pendidikan, mulai dari PAUD, SD, SMP, hingga SMK di Kecamatan Cipongkor mengalami keracunan setelah mengonsumsi sajian MBG. Mereka mengalami gejala seperti mual, pusing, hingga muntah-muntah.
Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Barat langsung menetapkan kejadian ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Proses investigasi dan evaluasi pun dilakukan sebagai tindak lanjut dari kejadian ini. Petugas juga telah mengambil sampel baru dari sisa muntahan siswa untuk dilakukan uji laboratorium.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!