Afganistan Putus Koneksi Internet Nasional: Bank Macet, Negara Sunyi, Layanan Publik Tidak Berfungsi

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Afganistan Putus Koneksi Internet Nasional: Bank Macet, Negara Sunyi, Layanan Publik Tidak Berfungsi!

JAKARTA KOTA- Otoritas Afghanistan memutus koneksi internet dan telekomunikasi nasional, menyebabkan jutaan orang kehilangan akses komunikasi, perbankan, dan layanan publik.

Pemadaman internet dikonfirmasi oleh kelompok pengawas internet NetBlocks, Kentik, dan Proton VPN yang dimulai pada malam Senin dan berlanjut hingga Selasa.

Pemutusan total koneksi internet ini terjadi tidak lama setelah gangguan di awal bulan. Sebelumnya, Taliban hanya memblokir koneksi serat di enam provinsi dengan alasan memerangi "tindakan tidak bermoral."

Namun, gangguan tersebut masih memungkinkan masyarakat mengakses internet melalui layanan seluler.

Pemutusan koneksi secara keseluruhan menghilangkan semua jalur komunikasi, menjadikannya tindakan yang jauh lebih ekstrem dan mematikan.

Bandara Kabul hampir kosong tanpa ada pesawat yang tiba atau berangkat pada Senin.

Platform pelacakan penerbangan Flightradar24 menunjukkan beberapa penerbangan dibatalkan pada Selasa, sementara banyak lainnya ditandai dengan tulisan "tidak diketahui."

Sistem perbankan dan pembayaran, pengiriman makanan, serta pendidikan jarak jauh semuanya terganggu.

Beberapa situs web kementerian offline, stasiun televisi tidak dapat siaran, dan lembaga berita internasional AP dan AFP tidak dapat menghubungi kantor mereka di Kabul.

Taliban, yang sangat bergantung pada media sosial dan aplikasi pesan untuk komunikasi domestik dan internasional, belum merespons situasi ini.

Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Afghanistan (UNAMA) meminta pihak berwenang untuk segera memulihkan layanan.

"Pemadaman memiliki konsekuensi yang luas, termasuk gangguan sistem keuangan, penerbangan, perawatan medis, dan pengiriman uang," demikian keterangan UNAMA.

Sistem telekomunikasi juga sangat penting selama masa bencana. Pemadaman internet ini terjadi bersamaan dengan gempa bumi di timur Afghanistan baru-baru ini.

Kemudian pemulangan massal pengungsi Afghanistan dari negara-negara tetangga juga terganggu.

"Pemadaman internet telah terbukti membahayakan nyawa," tulis UNAMA.

Koordinator kemanusiaan PBB, Indrika Ratwatte mengatakan pemutusan koneksi internet membuat badan PBB berada dalam situasi yang sangat buruk karena telepon rumah juga terputus.

Sementara itu, PBB beralih ke radio dan koneksi satelit untuk mempertahankan operasi terbatas.

"Kami telah mencoba menghubungi otoritas terkait dan bahkan mereka pun kesulitan berkomunikasi satu sama lain," kata Ratwatte.

PBB belum diberitahu alasan pemadaman tersebut, namun sumber-sumber informal mengatakan pemadaman ini mungkin hanya berlangsung sebentar.

"Tetapi kami belum menerima pemberitahuan secara resmi," katanya.

Kesulitan yang dialami oleh warga Afghanistan baik di dalam maupun luar negeri akibat terputusnya koneksi internet secara nasional.

"Pemadaman ini telah mengisolasi banyak orang, terutama perempuan, membungkam suara-suara, dan mengubah seluruh bangsa menjadi zona gelap digital," kata Sofia Ramyar, seorang aktivis hak-hak perempuan.

Jurnalis dan aktivis Nilofar Ayoubi dapat menghubungi ibunya selama lebih dari sembilan jam karena pemadaman tersebut.

"Afghanistan kembali ke Zaman Batu," katanya.

Pemerintah di seluruh dunia semakin sering menggunakan pembatasan internet untuk membungkam perbedaan pendapat selama krisis politik dan menekan kebebasan berbicara.

Pada awal bulan ini, Nepal membatasi akses ke 26 platform—termasuk Facebook, Instagram, WhatsApp, Signal, YouTube, dan X—yang memicu bentrokan keras antara demonstran Gen Z dan polisi. (*)