
Perubahan Warna Air Bengawan Solo Membuat Warga Resah
Di tengah musim kemarau yang sedang berlangsung, warga sekitar Kabupaten Bojonegoro kini dikejutkan dengan perubahan warna air sungai Bengawan Solo. Air yang biasanya jernih kini berubah menjadi coklat pekat, menimbulkan kekhawatiran terhadap kondisi lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Perubahan ini paling terlihat pada hari Selasa (23/9/2025), khususnya di sekitar Bendung Gerak Trucuk dan Kalitidu. Fenomena ini membuat warga bantaran sungai merasa khawatir. Mereka mulai mempertanyakan apakah air tersebut tercemar atau hanya akibat dari alami.
Mulyanto, seorang nelayan asal Desa Mori, mengungkapkan bahwa kondisi keruhnya air sudah terjadi selama dua minggu terakhir dan semakin parah. Ia menyebutkan bahwa penangkapan ikan yang biasanya mudah kini menjadi sulit. Hasil tangkapan ikan pun turun drastis.
“Air Bengawan Solo sekarang benar-benar coklat pekat. Biasanya menjala ikan di sekitar Bengawan dengan gampang, kini jadi susah. Hasil tangkapan jauh menurun,” ujar Mulyanto.
Menurutnya, kondisi seperti ini sering terjadi setiap musim kemarau. Saat debit air sungai menurun, kekeruhan air menjadi lebih terlihat. Namun, kali ini dampaknya terasa lebih buruk dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Tidak hanya berdampak pada para nelayan, pencemaran air juga mengganggu kehidupan warga sekitar bantaran sungai. Mereka khawatir akan kesehatan mereka jika air yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga seperti mencuci dan irigasi pertanian tercemar.
“Terlebih aliran air sungai Bengawan Solo juga dimanfaatkan oleh warga untuk kebutuhan rumah tangga. Seperti mencuci, dan untuk kebutuhan irigasi pertanian, kalau tercemar bagaimana kedepannya,” tambah Mulyanto.
Hingga saat ini, penyebab pasti dari perubahan warna air Bengawan Solo masih belum diketahui. Kejadian ini telah mendapatkan respon dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bojonegoro. Sekretaris DLH Bojonegoro, Beny Subiakto, membenarkan bahwa pihaknya telah melakukan langkah awal.
Dia menjelaskan bahwa tim DLH telah diterjunkan ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan awal dan mengambil sampel air untuk dianalisis di laboratorium. Sampel tersebut telah dibawa ke Surabaya untuk pengujian lebih lanjut.
“Sudah diambil (sampel airnya) dan dibawa ke laboratorium di Surabaya,” jelasnya singkat.
Meski demikian, hingga saat ini belum ada informasi pasti tentang penyebab dan sumber dari perubahan warna air tersebut. DLH juga belum memberikan detail hasil pemeriksaan awal yang dilakukan. Warga dan para nelayan tetap menantikan hasil pengujian dan tindakan lebih lanjut dari pihak berwenang agar kondisi lingkungan dapat segera pulih.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!