
Pemetaan Wilayah Rawan Bencana di Nganjuk
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nganjuk telah melakukan pemetaan kawasan yang rentan terhadap bencana. Pemetaan ini dilakukan untuk memahami risiko yang bisa terjadi, khususnya banjir dan longsor. Upaya mitigasi juga terus dilakukan guna meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dan menciptakan desa-desa yang tangguh terhadap bencana.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Nganjuk, Purwo Hadi Setiyo Wicaksono menjelaskan bahwa berdasarkan hasil pemetaan, terdapat enam kecamatan yang rawan banjir. Keenam wilayah tersebut adalah Kecamatan Pace, Loceret, Nganjuk, Bagor, Rejoso, dan Berbek. Sementara itu, empat kecamatan lainnya dinyatakan rawan longsor, yaitu Sawahan, Ngetos, Loceret, dan Ngluyu.
Pemetaan ini memiliki peran penting dalam memberikan informasi mengenai tingkat kerawanan wilayah serta membantu pihak berwenang dalam memberikan peringatan dini kepada warga. Selain itu, BPBD juga melakukan berbagai upaya mitigasi seperti penghijauan, pemantauan rutin, pemasangan rambu jalur evakuasi, serta pemasangan Early Warning System (EWS).
Upaya Mitigasi dan Pelatihan Desa Tangguh Bencana
Selain itu, BPBD Nganjuk juga aktif dalam melaksanakan pelatihan kepada masyarakat agar mereka lebih siap menghadapi bencana. Dari tahun 2016 hingga 2025, sebanyak 93 desa telah terbentuk sebagai desa tangguh bencana. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah setempat dalam membangun ketahanan masyarakat terhadap ancaman bencana alam.
Dalam laporan BPBD, sepanjang tahun 2024 tercatat sebanyak 138 kejadian bencana atau peristiwa yang terjadi di Kabupaten Nganjuk. Kejadian terbanyak adalah pohon tumbang dengan total 52 kali. Diikuti oleh angin kencang dan banjir masing-masing sebanyak 20 kejadian.
Beberapa waktu lalu, daerah ini masih diguyur hujan dengan intensitas rendah hingga sedang. Meskipun demikian, masyarakat tetap diminta untuk waspada karena bencana bisa terjadi kapan saja, terutama saat musim hujan.
Data Terkini Mengenai Bencana
Berdasarkan data terbaru, dari bulan Januari hingga Maret 2025 tercatat sebanyak 51 kejadian bencana. Jumlah terbesar adalah pohon tumbang dengan total 23 kejadian. Data ini menunjukkan bahwa ancaman bencana tetap ada dan memerlukan perhatian serius dari seluruh pihak.
Dengan adanya pemetaan kawasan rawan bencana, upaya mitigasi yang terus dilakukan, serta pelatihan yang diberikan kepada masyarakat, diharapkan mampu mengurangi risiko dan dampak bencana bagi penduduk Nganjuk. Selain itu, kesadaran masyarakat akan pentingnya kesiapsiagaan juga menjadi kunci utama dalam membangun ketahanan daerah terhadap bencana alam.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!