
Kasus Pembunuhan Brigadir Esco Fasca Rely Terungkap, Istri Jadi Tersangka
Setelah melalui proses gelar perkara pada Jumat (19/9/2025), Polda NTB akhirnya menetapkan istri korban, Briptu Rizka Sintiyani, sebagai tersangka dalam kasus kematian Brigadir Esco Fasca Rely. Sebagai anggota Intel Polsek Sekotong, jasad korban ditemukan di kebun belakang rumahnya di Dusun Nyiur Lembang Dalem, Desa Jembatan Gantung, Kecamatan Lembar.
Korban ditemukan dengan kondisi leher terjerat tali oleh mertuanya dan berjarak sekitar 10 meter dari rumah. Keluarga awalnya mempertanyakan apakah kematian tersebut adalah hasil bunuh diri. Namun, kini proses hukum resmi mengonfirmasi adanya tindak pidana dalam kasus ini.
Briptu Rizka, yang bertugas sebagai Bhabinkamtibmas di Desa Lembar, Lombok Barat, diduga kuat terlibat dalam pembunuhan suaminya. Hal ini memperkuat kecurigaan keluarga bahwa pelaku berasal dari lingkungan dekat korban.
Brigadir Esco berasal dari Desa Bonjeruk, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, sedangkan Briptu Rizka adalah warga asli Desa Jembatan Gantung. Mereka memiliki dua anak yang masih berusia tujuh tahun dan dua tahun. Setelah Briptu Rizka ditetapkan sebagai tersangka, kedua anak diserahkan kepada orang tua Brigadir Esco.
Ayah korban, Samsul Herawadi, menyatakan bahwa ia yakin ada pihak luar yang terlibat dalam kasus ini. "Tidak mungkin dia sendiri. Mustahil dia sendiri. Paling tidak terlepas dari keluarganya. Dan saya yakin ada pihak luar yang terlibat dalam hal ini," ujarnya. Ia juga berharap kasus ini diusut tuntas dan tersangka mendapat hukuman seberat-beratnya.
Kabid Humas Polda NTB, Kombes Pol Muhamad Kholid, menjelaskan bahwa dalam gelar perkara, penyidik telah menetapkan istri korban sebagai tersangka. Selain itu, terdapat 53 saksi yang diperiksa dalam proses penyidikan.
Peran Istri Korban yang Tidak Melaporkan Kepergian Suami
Kepala Desa Jembatan Gantung, Suhaimi, menyampaikan bahwa istri korban tidak pernah membuat laporan orang hilang meskipun Brigadir Esco tidak dapat dihubungi sejak Selasa (19/8/2025). "Istrinya nggak pernah lapor kalau suami belum pulang. Dan ndak pernah dia lapor kasih tau tetangga atau kadusnya," jelasnya.
Suhaimi baru mengetahui tentang kehilangan Brigadir Esco setelah mendatangi lokasi penemuan jasad. "Saya dapat kabar pertama kali itu mau jam 04:30 WITA, saya ke sini dari sawah saya lari ke sini (TKP)," tambahnya.
Menurut Suhaimi, Brigadir Esco sering memelihara burung dan berkebun. Namun, tidak ada informasi lebih lanjut mengenai kegiatannya selama beberapa hari sebelum ditemukan.
Penemuan Jasad Tanpa Aroma Busuk
Hasil visum luar menunjukkan adanya luka hantaman benda tumpul pada tubuh korban. Salah satu warga, Anisah, mengaku tidak pernah mencium aroma busuk dari kebun yang cukup dekat dengan rumahnya. "Ndak ada bau busuk itu, baunya itu keluar saat (jasad Brigadir Esco) sudah ketemu, itu kemarin nggak ada, apalagi ini (TKP) dekat rumah," katanya.
Anisah juga menyatakan bahwa selama ini ia tinggal sendirian karena suami merantau dan tidak pernah mendengar suara mencurigakan dari kebun. "Kalau ada bau pasti kita curiga, ini nggak ada sama sekali, apalagi katanya kan sudah membusuk," tambahnya.
Ia mengaku tidak mengenal Brigadir Esco karena jarang keluar rumah. "Sosok almarhum ini nggak pernah saya berinteraksi, karena memang saya juga jarang keluar, saya nggak tau orangnya, dia jarang di rumah juga, dia setiap hari pergi piket saja," ujarnya.
Proses penyidikan terus berlangsung untuk memastikan kebenaran semua fakta yang ada dalam kasus ini.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!