Cara Briptu Rizka Membunuh Brigadir Esco, Siapa Terlibat? Dugaan Kekerasan, Ini Alasannya

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Kasus Kematian Brigadir Esco Faska Rely yang Mencengangkan

Kasus kematian Brigadir Esco Faska Rely telah menjadi perhatian masyarakat luas, hingga kini masih menjadi misteri yang belum sepenuhnya terungkap. Perwira muda Polri tersebut ditemukan dalam kondisi tragis, dan yang mengejutkan, pelaku pembunuhan adalah orang terdekatnya sendiri, yaitu istrinya, Briptu Rizka.

Jasad Brigadir Esco ditemukan lima hari setelah sebelumnya dinyatakan hilang. Penemuan ini memicu berbagai spekulasi di tengah masyarakat. Bagaimana mungkin seorang istri bisa menghabisi nyawa suaminya sendiri? Apakah benar Briptu Rizka bertindak seorang diri, atau ada pihak lain yang turut terlibat dalam tragedi ini?

Banyak orang mulai mencurigai bahwa Briptu Rizka tidak sendirian dalam melakukan aksi pembunuhan. Hal ini tidak lepas dari persepsi umum bahwa secara fisik, perempuan biasanya memiliki kekuatan yang lebih kecil dibandingkan pria, terutama jika sang suami merupakan anggota kepolisian yang terlatih seperti Brigadir Esco. Dari situ, muncul dugaan bahwa Briptu Rizka mungkin terlebih dahulu melemahkan kondisi suaminya sebelum mengakhiri hidupnya.

Publik pun bertanya-tanya, apa sebenarnya motif di balik tindakan keji tersebut? Hingga kini, aparat kepolisian masih terus melakukan penyelidikan mendalam untuk mengungkap latar belakang dari peristiwa ini. Pihak penyidik belum memberikan informasi resmi terkait motif pembunuhan tersebut, sehingga ruang spekulasi masih terbuka lebar.

Di tengah proses hukum yang berjalan, sempat mencuat rumor yang menyebut bahwa rumah tangga pasangan anggota polisi ini telah mengalami keretakan sejak beberapa waktu sebelum tragedi terjadi. Dugaan perselingkuhan bahkan ikut menyeruak ke permukaan. Menurut isu yang beredar, Brigadir Esco disebut-sebut memergoki Briptu Rizka tengah berselingkuh, dan hal itulah yang kemudian memicu kemarahan serta menjadi pemicu pembunuhan.

Namun, kabar tersebut dengan tegas dibantah oleh kuasa hukum Briptu Rizka, Syarifuddin. Ia menampik semua tudingan mengenai perselingkuhan yang dituduhkan kepada kliennya. “Tidak benar ada dugaan perselingkuhan seperti yang beredar di masyarakat,” ujarnya saat dimintai keterangan oleh awak media. Ia menyatakan bahwa kliennya tidak pernah berselingkuh dan tuduhan itu tidak memiliki dasar hukum. “Tidak benar kalau dibilang ada perselingkuhan. Itu hanya gosip liar yang sama sekali tidak terbukti,” kata Syarifuddin.

Menurutnya, pemberitaan soal hubungan gelap justru menyesatkan publik dan bisa mencederai asas praduga tak bersalah. Ia meminta masyarakat menunggu fakta persidangan agar kebenaran kasus ini terungkap secara terang benderang. “Kami minta jangan ada spekulasi yang memperkeruh suasana. Biarlah fakta di pengadilan yang berbicara,” tambahnya.

Meskipun begitu, Briptu Rizka sempat meninggalkan jejak berupa unggahan bernuansa galau di media sosial. Sehari setelah Brigadir Esco dikabarkan hilang, tepatnya 20 Agustus 2025, Briptu Rizka menulis pesan panjang di akun TikTok pribadinya. Sebelumnya, Brigadir Esco dinyatakan hilang pada 19 Agustus 2025, lalu ditemukan tak bernyawa di sebuah kebun berjarak sekitar 50 meter pada 25 Agustus.

Dalam unggahan itu, ia menyinggung perjuangan hidup yang terasa berat sekaligus harapannya untuk masa depan anak semata wayangnya. “Anakku, seberat dan serumit apapun duniaku, aku akan berusaha memberikan yang terbaik untukmu. Sekeras dan sekejam apapun duniaku, aku akan perjuangkan dunia yang indah bagimu,” tulis Briptu Rizka.

Jejak serupa pada 29 Juli, Briptu Rizka mengunggah tulisan lain yang juga bernada emosional. Ia kembali menyinggung soal anaknya dan berharap segala kesulitan hidup cukup ditanggung olehnya seorang diri. “Cukup badainya di aku, jangan anakku,” begitu penggalan isi tulisannya kala itu.

Ahli Psikologi Forensik, Reza Indragiri menilai, motif emosional patut dikedepankan untuk menjelaskan latar belakang kasus ini. “Memang spekulasi yang lebih patut dikedepankan adalah kemungkinan motif emosional,” ucap Reza, dikutip dari KompasTV, Selasa (23/9/2025). Menurutnya, rasa cemburu yang tidak terkendali bisa memicu tindakan ekstrem, apalagi ketika hubungan rumah tangga sudah berada dalam kondisi retak.

“Ada kaitannya dengan suasana hati seperti amarah, cemburu, dendam, atau sakit hati,” ujarnya. Dugaan tak bunuh sendirian Tak hanya soal motif, Reza juga menyoroti kemungkinan keterlibatan pihak lain. Ia menyebut, secara teori Briptu Rizka bisa saja melakukan pembunuhan seorang diri. Misalnya, jika sebelumnya ia melemahkan suaminya dengan racun dalam makanan atau minuman. Dalam kondisi korban tidak berdaya, eksekusi kejahatan bisa berlangsung tanpa perlawanan berarti.

“Dalam kondisi lemah, tidak berdaya, tidak bisa melakukan perlawanan, maka relatif mudah bagi pelaku untuk kemudian melakukan tindakan,” jelasnya. Di sisi lain, adanya tersangka lain yang membantu Bripka Rizka juga dinilai masuk akal. Semua tidak lepas dari pandangan publik yang menilai perempuan tidak jauh lebih kuat fisiknya daripada laki-laki. Dari situlah muncul kemungkinan adanya pihak ketiga yang turut membantu dalam aksi pembunuhan tersebut.

“Maka dibutuhkan keterlibatan pihak lain untuk menyelesaikan aksi kejahatan yang dia lakukan,” jelasnya. Lebih lanjut, Reza meminta agar kepolisian berhati-hati sekaligus sigap dalam mengusut perkara ini. Jika investigasi berlarut-larut, kata dia, masyarakat akan menjadi skeptis dan mempertanyakan keseriusan aparat. Hal itu bisa berdampak langsung pada kredibilitas institusi kepolisian di mata publik.

“Polisi tetap perlu bekerja ekstra hati-hati,” tandasnya. Hingga kini, penyidik Polda NTB masih terus mengumpulkan keterangan saksi dan bukti tambahan untuk merangkai kronologi utuh kasus tersebut.