
Perkembangan Bisnis Astra Otoparts di Tengah Kebijakan Tarif Impor AS
PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) telah menunjukkan ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan pasar global, termasuk kebijakan tarif impor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS). Meski kebijakan tersebut sempat memicu gejolak di pasar internasional, dampaknya terhadap bisnis perusahaan tidak terlalu signifikan.
Direktur Astra Otoparts, Sophie Handili, menjelaskan bahwa sebagian besar ekspor perusahaan ke AS tidak terlalu besar. Hal ini menyebabkan kontribusi ekspor terhadap kinerja keuangan perseroan tidak begitu besar. “Ekspor kami ke AS tidak terlalu besar jumlahnya, secara komposisi ekspor kami tidak terlalu signifikan. Jadi secara total pun pada kinerja keuangan kami tidak terlalu besar efeknya,” ujarnya dalam acara Astra Media Day 2025 di Jakarta.
Meskipun demikian, Astra Otoparts tetap mempersiapkan strategi ekspansi untuk memperkuat posisinya di pasar global. Fokus utama perusahaan adalah kawasan Asia, Timur Tengah, dan Afrika, yang dinilai memiliki permintaan stabil terhadap produk komponen otomotif. Selain itu, perusahaan juga akan terus memperkuat kualitas produk serta menambah jumlah produk yang bisa diekspor.
Astra Otoparts juga aktif memperluas kolaborasi dengan Original Equipment Manufacturer (OEM) global. Selain itu, jaringan distribusi perusahaan terus diperkuat agar lebih dekat dengan konsumen. “Kami percaya dengan inovasi berkelanjutan, efisiensi operasional, dan pemahaman mendalam terhadap kebutuhan pasar, AUTO bisa terus memperluas jangkauan ekspor,” tambah Sophie.
Kinerja Semester I/2025
Hingga paruh pertama tahun 2025, Astra Otoparts membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 9,58 triliun, tumbuh 4,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu Rp 9,19 triliun. Dari jumlah tersebut, kontribusi ekspor tercatat sebesar Rp 919,66 miliar atau setara 14,54 persen dari total pendapatan. Angka ini meningkat 13,38 persen secara tahunan.
Laba bersih konsolidasi perusahaan mencapai Rp 938,96 miliar, turun 7,4 persen dibandingkan laba semester I-2024 yang mencapai Rp 1,01 triliun. Penurunan ini disebabkan oleh keuntungan penjualan aset manufaktur pada tahun sebelumnya. Tanpa memperhitungkan transaksi tersebut, laba bersih perseroan justru naik 9,7 persen.
Segmen manufaktur masih menjadi penopang utama kinerja perusahaan, dengan pendapatan sebesar Rp 5 triliun atau tumbuh 6,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Total aset perseroan mencapai Rp 22 triliun, sementara liabilitas sebesar Rp 6,2 triliun.
Sophie menegaskan bahwa perusahaan ingin hadir lebih dekat dengan konsumen dan memberikan pelayanan yang lebih baik. Dengan strategi ekspansi dan fokus pada kualitas, Astra Otoparts terus berupaya untuk memperkuat posisi di pasar global.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!