
Desa Bandung, Kampung Reforma Agraria yang Mengubah Kehidupan Masyarakat
Di Desa Bandung, Kabupaten Pandeglang, terdapat sebuah kampung yang dikenal sebagai salah satu Kampung Reforma Agraria terbaik di Indonesia. Predikat ini diberikan berdasarkan berbagai keberhasilan yang telah diraih oleh desa tersebut dalam menerapkan reformasi agraria. Tidak hanya memberikan sertipikat tanah, program ini juga menjadi penggerak utama bagi peningkatan ekonomi, sosial, dan kualitas hidup masyarakat.
Reforma Agraria di Desa Bandung tidak hanya menghadirkan sertipikat tanah, tetapi juga membuka peluang baru bagi masyarakat untuk berkembang. Sebelum adanya program ini, lahan-lahan yang ada di desa ini digunakan secara sembarangan dan belum memiliki status kepemilikan yang jelas. Namun, dengan adanya sertipikat tanah, masyarakat kini bisa bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk mengelola lahan tersebut secara lebih terstruktur.
“Dari tanah yang tadinya semak belukar, tanah yang biasa-biasa saja, dengan adanya tanah yang bersertipikat dapat dikerjasamakan. Sehingga, tanah-tanah milik perorangan, dikerjasamakan dengan BUMDes untuk dapat dijadikan satu objek, yaitu Objek Desa Wisata Bukit Sinyonya,” ujar Kepala Desa Bandung, Wahyu Kusnadiharja.
Kerja sama antara pemerintah dan masyarakat sangat penting dalam membangun potensi desa. Dukungan lintas sektor juga turut memperkuat program ini, termasuk bantuan dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) melalui program Kampung Reforma Agraria. Program ini membantu masyarakat dalam mengelola potensi yang ada di desa mereka.
“Dengan adanya Kampung Reforma Agraria itu semua potensi langsung dikelompokkan dalam bentuk ada kelompok ikan, ada kelompok sadar wisata, ada kelompok kopi, dan kelompok anyaman pandan. Setelah dikelompokkan, ditingkatkan kapasitasnya,” tambah Wahyu Kusnadiharja.
Program Reforma Agraria telah membawa perubahan besar di Desa Bandung. Salah satu perubahan yang terlihat adalah peningkatan kondisi ekonomi masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh Direktur BUMDes Desa Bandung, Syaifullah.
“Masyarakat yang dari ekonominya masih sangat sederhana, lalu kita ada program ini, jadi lebih meningkat untuk ekonominya. Artinya sedikit banyak sangat membantu, bisa menopang ekonomi masyarakat,” paparnya.
Sejak dibuka pada tahun 2023, Objek Desa Wisata Bukit Sinyonya sudah menerima lebih dari 10 ribu pengunjung. Wisatawan tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga ikut serta dalam berbagai aktivitas seperti pembuatan kopi puhu, yang merupakan kopi robusta khas Desa Bandung, membuat anyaman pandan bersama kelompok penganyam perempuan, hingga cara membudidaya ikan mas Sinyonya.
“Semua kelompok tersebut merupakan masyarakat Desa Bandung. Semua masyarakat, walau dengan potensi yang berbeda-beda jadi berdaya. Masyarakat juga semakin kreatif karena makin banyak permintaan dan macem-macem,” ujar Syaifullah.
Desa Bandung membuktikan bahwa Reforma Agraria bukan sekadar urusan sertipikat. Lebih dari itu, sertipikat menjadi instrumen yang menghidupkan potensi, menggerakkan roda ekonomi, dan menumbuhkan rasa bangga warga desa. Dengan program ini, individu maupun kelompok didorong untuk mampu mengelola tanahnya agar lebih bernilai serta memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!