
Fenomena Job Hugging yang Menjadi Pilihan Banyak Pekerja Muda
Di tengah ketidakpastian ekonomi dan minimnya kesempatan kerja yang menjanjikan, fenomena job hugging semakin marak di kalangan anak muda. Job hugging merujuk pada keadaan di mana seseorang memilih untuk tetap bertahan di satu pekerjaan meskipun memiliki keinginan untuk beralih ke tempat kerja lain. Fenomena ini dipengaruhi oleh rasa takut menghadapi persaingan, ketidakpastian penghasilan, serta ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK).
Syaqila (28), seorang perantau asal Bandung yang bekerja di bidang pemasaran di sebuah perusahaan swasta di Jakarta Pusat, mengaku sudah lima tahun bertahan di tempat kerjanya sejak pertama kali merantau. “Sudah lima tahun kerja di sana. Sudah nyaman banget sih jujur, sampai jadi comfort zone. Apalagi sudah jadi karyawan tetap, jadi udah pasti,” katanya saat ditemui di sebuah kafe di Jakarta Barat.
Sebelum bekerja di Jakarta, Syaqila pernah berpindah-pindah pekerjaan di Bandung. Namun, gaji kompetitif dan status pegawai tetap membuatnya enggan meninggalkan pekerjaannya saat ini. Meski begitu, ia masih menyimpan keinginan untuk berkarier di bidang hubungan masyarakat (humas). “Sebenarnya pengen geser ke bidang kehumasan, soalnya ngerasa seru aja dan menurut pengetahuan aku, secara penghasilan juga lebih menjanjikan kan. Tapi, ya mau enggak mau bertahan dulu aja,” ujarnya.
Ia pernah melamar di sejumlah perusahaan untuk posisi humas, namun gaji yang ditawarkan sering kali tidak lebih baik dari pekerjaannya sekarang. Situasi ekonomi yang dinilai tidak stabil juga menjadi alasan utamanya untuk tetap bertahan. “Sekarang kan inflasi gila-gilaan ya, harga semuanya naik. Jadi aku sih lebih pengen yang pasti-pasti aja. Apalagi, banyak perusahaan yang di-lay off, jadi takut. Bersyukur saja lah sudah punya pekerjaan tetap sekarang,” tambahnya.
Kehidupan yang Dinavigasi dengan Kebutuhan Ekonomi
Hal serupa dialami Nuri (24), pekerja asal Purwakarta yang telah tiga tahun bekerja di industri media di Jakarta. Meski pekerjaannya saat ini bukan cita-citanya, ia tetap bertahan karena alasan ekonomi. “Ada banget, pengen switch career. Karena emang yang sekarang ini bukan tujuan aku, bukan cita-citaku. Tapi, salah satu pertimbangannya juga karena ekonomi, berhubung aku juga sedang sekolah lagi ya sekarang,” ujar Nuri.
Untuk menambah penghasilan, Nuri mencari pekerjaan sampingan di waktu luangnya. Ia kini tengah menempuh pendidikan magister di bidang Corporate Communication dengan harapan dapat mengejar cita-citanya sebagai dosen. “Kalau untuk sekarang sih, kayaknya belum (mau pindah). Karena aku juga masih butuh, buat menunjang perekonomianku sendiri. Aku juga masih bisa manfaatin waktu luang buat cari-cari kerjaan freelance,” ujarnya.
Keputusan untuk Bertahan
Baik Syaqila maupun Nuri sama-sama mengaku khawatir kehilangan jaminan kesejahteraan jika keluar dari pekerjaan mereka di tengah situasi PHK yang sering terjadi. Mereka akhirnya memilih untuk tetap bertahan meskipun harus mengorbankan mimpi dan rencana karier. Mereka merelakan kesempatan untuk mengejar mimpinya demi menghadapi permasalahan ekonomi yang tengah melanda dan menjadi tantangan berat bagi kelangsungan hidupnya di tanah rantau.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!