DPR Minta Evaluasi Keseluruhan Pasca 4.711 Kasus Keracunan, BGN Nyangkal Tutupi

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

DPR Minta Evaluasi Keseluruhan Pasca 4.711 Kasus Keracunan, BGN Nyangkal Tutupi

Penjelasan BGN Mengenai Kasus Keracunan dalam Program Makan Bergizi Gratis

Badan Gizi Nasional (BGN) telah memberikan penjelasan terkait adanya dugaan kasus keracunan yang dilaporkan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Pihak BGN menegaskan bahwa mereka tidak pernah menutupi informasi mengenai kejadian tersebut. Sebaliknya, mereka menyatakan selalu bersifat transparan dan terbuka dalam menghadapi setiap laporan yang masuk.

Pernyataan ini disampaikan setelah munculnya surat perjanjian antara Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dengan penerima manfaat MBG yang mencantumkan klausul kerahasiaan jika terjadi dugaan keracunan. Kepala BGN, Dadan Hindayana, memastikan bahwa setiap kejadian yang terkonfirmasi akan segera diungkapkan kepada publik. Ia juga menjelaskan bahwa setiap SPPG wajib membuat media sosial untuk menampilkan menu harian serta komposisi gizi dari makanan yang diberikan.

Wakil Kepala BGN, Nanik S Dayang, menegaskan bahwa surat perjanjian yang beredar bukan berasal dari BGN. Menurutnya, dokumen tersebut hanya berisi informasi teknis terkait distribusi dan pengawasan peralatan. “Tidak ada poin yang menyuruh untuk merahasiakan kasus keracunan. Kami selalu terbuka terhadap masyarakat,” ujarnya.

Sejak Januari hingga September 2025, BGN mencatat sebanyak 4.711 kasus keracunan dari sekitar 1 miliar porsi MBG yang telah didistribusikan. Program MBG sendiri diluncurkan oleh Presiden Prabowo Subianto pada 6 Januari 2025 dengan target sebanyak 82,9 juta penerima manfaat, mulai dari siswa SD hingga SMA sederajat.

Tuntutan Evaluasi Total Program MBG

Ketua DPR RI, Puan Maharani, menyerukan evaluasi menyeluruh terhadap program MBG. Ia menekankan pentingnya tidak saling menyalahkan dalam proses evaluasi. DPR akan melakukan pengawasan langsung dari hulu ke hilir agar dapat memastikan keberlanjutan dan kualitas program.

Sementara itu, Ketua Banggar DPR RI, Said Abdullah, menilai bahwa masalah utama terletak pada rantai pasok dan kapasitas SPPG yang melayani hingga 3.000 siswa. Ia mengusulkan agar beban SPPG dikurangi menjadi 1.500 siswa per satuan pelayanan. Selain itu, ia juga menyarankan perbaikan pola pengolahan makanan agar lebih aman dan layak konsumsi.

Ia menegaskan bahwa program tidak perlu dihentikan, tetapi lebih baik dilakukan deteksi dini, pencarian akar masalah, serta perbaikan sistem agar makanan tetap aman untuk dikonsumsi.

Angka Kasus Keracunan yang Terus Bertambah

Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang diluncurkan Presiden Prabowo Subianto pada 6 Januari 2025, kini mendapat perhatian tajam karena adanya ribuan kasus keracunan yang dilaporkan. Sejak berjalan selama sembilan bulan, banyak siswa mengalami keracunan setelah mengonsumsi menu MBG di berbagai daerah.

Data yang dikumpulkan dari berbagai lembaga menunjukkan angka yang bervariasi, namun secara konsisten berada di kisaran ribuan korban. BGN mencatat sekitar 4.711 kasus keracunan dari total 1 miliar porsi yang telah diproduksi. Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) melaporkan 5.626 kasus di 17 provinsi, sedangkan Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menemukan 6.452 siswa yang mengalami keracunan hingga 21 September 2025.

Kasus paling banyak dilaporkan terjadi di Jawa Barat, dengan penyebaran kasus yang meluas ke Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Sumatera Barat, hingga Sulawesi Selatan.

Faktor Penyebab Keracunan

Penyebab keracunan diduga bervariasi. Pemerintah mengakui adanya masalah dalam higienitas dapur penyedia MBG, suhu penyimpanan makanan yang tidak sesuai, potensi kontaminasi silang, serta alergi pada beberapa siswa. Selain itu, rantai distribusi yang panjang—di mana satu Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) harus melayani hingga 3.000 siswa—juga disorot sebagai salah satu faktor risiko.