
Pertumbuhan Ekonomi Surabaya Didorong oleh Pasar Tradisional
Pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya mencapai angka 5,24% pada triwulan II-2025. Salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan ini adalah pengelolaan pasar tradisional. Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam (SDA) Kota Surabaya, Vykka Anggradevi Kusuma, menjelaskan bahwa pasar tradisional tidak hanya memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), tetapi juga menjadi pendorong utama roda perekonomian masyarakat.
"Sektor UMKM sangat penting karena mereka adalah fondasi bagi pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya," ujarnya. Dalam rangka meningkatkan kualitas pasar tradisional, Pemkot Surabaya telah merevitalisasi sebanyak 13 pasar. Proses revitalisasi ini akan dilanjutkan secara bertahap.
Salah satu pasar yang akan direvitalisasi adalah Pasar Keputran Selatan, yang akan dibangun kembali khusus untuk perdagangan ayam. "Tujuannya adalah agar perekonomian bisa bergerak di area tersebut," tambahnya. Selain itu, rencana revitalisasi juga akan diterapkan pada pasar-pasar strategis seperti Pasar Blauran dan Pasar Tunjungan.
Selain partisipasi pemerintah, sektor swasta juga memiliki peran dalam pengelolaan pasar. Setelah perubahan status Perusahaan Daerah (PD) Pasar menjadi Perseroda, peluang kerja sama dengan investor semakin terbuka. "Konsep baru ini membuat PD Pasar lebih mirip dengan PT, sehingga dapat bekerja sama dengan pihak luar tanpa harus hanya bergantung pada penyertaan modal," jelas Vykka.
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perdagangan (Dinkopumdag) Kota Surabaya, Febrina Kusumawati, menjelaskan bahwa saat ini Dinkopumdag mengelola 13 pasar tradisional, termasuk Pasar Nambangan, Pasar Sememi, Pasar Gunung Anyar, dan Pasar Dukuh Menanggal. Selain itu, ada juga pasar yang dikelola oleh swasta maupun Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK).
Untuk menumbuhkan aktivitas pasar, Dinkopumdag rutin menggelar kegiatan kolaboratif seperti pasar murah. "Kegiatan ini bertujuan untuk menghidupkan suasana pasar," ujar Febri. Ia menyebut tantangan terbesar dalam mengelola pasar tradisional adalah meningkatkan kenyamanan pembeli dan pedagang.
Direktur Utama PD Pasar Surya Surabaya, Agus Priyo, menjelaskan bahwa saat ini pihaknya mengelola 64 pasar aktif dengan jumlah pedagang sekitar 12.000 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 10-15 pasar dalam kondisi baik, sedangkan sekitar 20 pasar masih membutuhkan perhatian lebih.
"Pasar besar seperti Pasar Tambahrejo, Pasar Kapasan, dan Pasar Wonokromo memiliki perputaran ekonomi yang sangat bagus. Namun, pasar-pasar yang sedang-sedang saja perlu ditingkatkan lagi," kata Agus. Ia menambahkan bahwa beberapa pasar tradisional yang dikelola PD Pasar Surya memiliki nilai unik dan komoditas perdagangan tematik.
Misalnya, Pasar Bunga Kayoon dikenal sebagai destinasi wisatawan asing. Pasar Blauran terkenal dengan kare dan bubur Madura, sementara Pasar Kembang dikenal dengan kue basah. Pasar Pabean menyediakan ikan segar, Pasar Genteng menjual elektronik, dan Pasar Dupak Rukun menjual besi tua.
Agus mengakui tantangan terbesar dalam mengelola pasar tradisional adalah menciptakan kenyamanan pembeli di tengah persaingan dari ritel modern. Untuk itu, revitalisasi menjadi langkah kunci. "Pasar Keputran Selatan adalah yang pertama direvitalisasi menjadi bangunan baru. Di Pasar Kembang, setelah revitalisasi, akan menjadi lebih bersih," ujarnya.
Pihaknya berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pengelolaan pasar-pasar yang berada di bawah naungan PD Pasar Surya. "Harapan kami, pasar akan lebih baik, layanan lebih bagus, serta sarana dan prasarana meningkat. Kami akan terus meningkatkan kenyamanan pedagang dan pengunjung untuk menggerakkan ekonomi," pungkasnya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!