
Penjualan Ford di AS Meningkat Signifikan pada Paruh Pertama 2025
Pada paruh pertama tahun 2025, Ford berhasil meningkatkan penjualan mobil di pasar dalam negeri. Peningkatan ini didorong oleh kebijakan tarif resiprokal terhadap kendaraan impor yang diterapkan pemerintah AS. Meskipun sukses di AS, Ford memiliki rencana untuk mengurangi jumlah karyawan di Jerman akibat kurangnya permintaan terhadap mobil listrik di Eropa. Perusahaan ini akan mengubah sistem kerja dari dua shift menjadi satu shift.
Ford Menjual 1,11 Juta Kendaraan di AS
Ford berhasil menjual sebanyak 1,11 juta kendaraan selama enam bulan pertama tahun 2025. Angka ini naik sebesar 6,6 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Ford bahkan menjadi merek mobil terlaris di AS pada 2025. Selain itu, perusahaan juga menerapkan program insentif 0-0-0, yaitu nol uang muka, nol persen bunga selama 48 bulan, dan nol pembayaran dalam 90 hari kontrak pembelian. Program ini sukses membuat produk Ford laris di pasar AS.
Selain itu, Ford menawarkan layanan perawatan mobil selama dua tahun yang mencakup penggantian oli dan rotasi roda. Lebih dari 80 persen produksi kendaraannya dilakukan di dalam AS, sehingga perusahaan terhindar dari tarif impor.
Ford Mendukung Tarif Resiprokal Meski Akan Merugi
CEO Ford, Jim Farley, menyatakan bahwa perusahaan mendukung kebijakan pemerintah AS tentang tarif resiprokal. Meskipun kebijakan ini bisa menyebabkan kerugian hingga 2 miliar dolar AS (sekitar Rp33,3 triliun) pada 2025. Kerugian ini disebabkan oleh ketergantungan Ford terhadap suku cadang impor. Meskipun sebagian besar produksinya dilakukan di AS, perusahaan tetap terkena dampak dari tarif impor.
“Sebagai produsen mobil terbesar di AS dan merek paling laku di AS pada paruh pertama 2025, kami mendukung tarif ini. Kami menghargai kerja sama dengan pemerintah dalam kebijakan perdagangan,” kata Farley.
Penjualan Mobil di AS Diproyeksikan Mencapai Rekor Baru pada September 2025
Menurut data dari JD Power dan Global Data, penjualan kendaraan baru di AS diproyeksikan naik 0,1 persen atau mencapai 1,23 juta unit pada bulan September. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan permintaan terhadap mobil listrik yang mencapai 12 persen dari total pasar.
“Penyumbang terbesar dari penguatan penjualan pada September ini adalah permintaan dari mobil listrik. Kredit pajak mobil listrik akan berakhir pada akhir bulan ini yang membuat banyak orang meningkatkan pembelian mobil listrik,” ujar Thomas King, Presiden Data Analisis JD Power.
Dari segi volume, penjualan mobil listrik di AS naik 27,5 persen secara tahunan. Sementara penjualan mobil konvensional diperkirakan mencapai 71,7 persen dari seluruh penjualan mobil atau naik 5 persen dibandingkan tahun 2024.
Ford Mengurangi Tenaga Kerja Akibat Penurunan Permintaan Mobil Listrik
Permintaan terhadap mobil listrik di Eropa menurun, sehingga Ford memutuskan untuk memecat 1.000 pekerja di Koeln, Jerman pada awal 2026. Perusahaan akan mengurangi sistem kerja dari dua shift menjadi satu shift. Hal ini dilakukan karena kurangnya daya saing mobil listrik Ford di pasar Eropa. Dampak ini tidak hanya terasa di Jerman, tetapi juga berdampak pada strategi produksi dan distribusi mobil listrik secara global.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!