Garuda Indonesia Alami Kerugian 2,3 Triliun di Semester I-2025

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Garuda Indonesia Catat Kerugian pada Semester I-2025

Maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) mencatatkan kerugian sebesar US$ 142,8 juta atau setara dengan Rp 2,3 triliun (berdasarkan asumsi kurs Rp 16.646 per dolar AS) selama semester pertama tahun 2025. Angka ini lebih tinggi dibandingkan kerugian yang tercatat pada periode yang sama di tahun lalu, yaitu sebesar Rp 1,6 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis oleh perusahaan di Bursa Efek Indonesia, pendapatan Garuda juga mengalami penurunan dari Rp 26,6 triliun menjadi Rp 24,9 triliun pada Januari hingga Juni 2025. Pendapatan tersebut didominasi oleh penerbangan berjadwal sebesar Rp 19,9 triliun, penerbangan tidak berjadwal sebesar Rp 3,4 triliun, dan sumber pendapatan lainnya sebesar Rp 2,6 triliun.

Selain itu, total liabilitas Garuda Indonesia tercatat sebesar Rp 133,2 triliun, sedangkan ekuitasnya hanya sebesar Rp 23,3 miliar. Sementara itu, total aset Garuda hingga 30 Juni 2025 tercatat sebesar Rp 108,2 triliun, turun dibandingkan dengan angka Rp 109,9 triliun pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

Strategi Pemulihan Kinerja Pasca-Pandemi

Sebelumnya, Direktur Niaga Garuda Indonesia menyampaikan rencana untuk menambah tujuh armada pesawat baru dalam tahun ini. “Ini merupakan penambahan pesawat terbanyak yang dilakukan Garuda Indonesia pasca-pandemi,” ujarnya saat menghadiri rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR.

Pada tahun ini, Garuda telah menambah lima pesawat baru. Dengan penambahan tersebut, jumlah armada yang dimiliki oleh Garuda Indonesia kini mencapai 78 unit. Penambahan armada ini menjadi salah satu fokus utama strategi pemulihan kinerja maskapai setelah masa pandemi.

Reza, salah satu pejabat di perusahaan, menjelaskan bahwa dampak pandemi Covid-19 pada 2020–2021 sangat signifikan bagi industri penerbangan. Salah satu indikatornya adalah penurunan seat load factor hingga 31 persen pada 2021, jauh lebih rendah dibandingkan tingkat seat load factor pada 2019 yang mencapai 74 persen.

Selain itu, pandemi juga memengaruhi operasional armada. Ketersediaan rantai pasok suku cadang semakin terbatas, sehingga banyak pesawat harus berhenti sementara atau grounded.

Program Strategis Garuda Indonesia

Saat ini, Garuda Indonesia tengah fokus menjalankan program strategis yang terdiri dari tiga pilar utama. Pertama, evaluasi finansial dan komersial melalui optimalisasi biaya serta penerapan cost leadership guna mencapai ekuitas positif. Kedua, akselerasi kinerja setelah PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang) dengan melakukan transformasi menyeluruh. Ketiga, ekspansi jaringan melalui penambahan dan perbaikan armada, serta memperluas kolaborasi dengan maskapai internasional.

Selain itu, Garuda juga memperkuat ekosistem penerbangan melalui sinergi dengan Citilink, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tb (GMF), dan Injourney Group. Dengan langkah-langkah ini, Garuda Indonesia berupaya membangun kembali kinerja perusahaan secara keseluruhan.