
Gunung Berapi Bawah Laut Axial Seamount Siap Meletus
Gunung berapi bawah laut Axial Seamount, yang terletak sekitar 482 kilometer dari pantai Oregon, Amerika Serikat, sedang menunjukkan tanda-tanda aktivitas yang meningkat. Dengan ketinggian mencapai 1.493 meter di bawah permukaan laut, gunung ini menjadi fokus perhatian para ahli vulkanologi. Mereka memantau aktivitasnya dengan cermat dan mendeteksi adanya indikasi kuat bahwa letusan akan segera terjadi.
Aktivitas seismik di sekitar kawasan gunung tersebut juga mengalami peningkatan signifikan. Hal ini membuat para peneliti percaya bahwa erupsi bisa terjadi dalam waktu dekat. Menurut William Chadwick, seorang ahli vulkanologi dan peneliti dari Oregon State University, gunung tersebut mengembang seperti balon karena akumulasi batuan cair di dalamnya. Perubahan bentuk kaldera dan peningkatan gempa juga menjadi tanda-tanda penting.
Dalam satu hari pada bulan Juni lalu, tercatat lebih dari 2.000 gempa terjadi di area tersebut. Selain itu, pola letusan gunung berapi ini terbilang cukup berulang. Dari tahun 1998 hingga 2015, gunung ini telah meletus tiga kali. Peta batimetri yang dibuat menggunakan data dari Pusat Informasi Lingkungan Nasional (NCEI) NOAA menunjukkan bahwa posisi Axial Seamount berada di sepanjang punggung bukit Juan de Fuca, yang merupakan zona vulkanik aktif.
Meskipun waktu pasti letusan masih sulit dipastikan, para peneliti meyakini bahwa erupsi berikutnya kemungkinan besar akan terjadi dalam hitungan bulan. Fluktuasi laju aktivitas gempa membuat prediksi sulit dilakukan secara tepat. Namun, dengan data yang tersedia, kemungkinan besar letusan akan terjadi sebelum akhir 2025.
Apakah Letusan Ini Berbahaya Bagi Manusia?
Letusan gunung berapi bawah laut biasanya tidak menimbulkan ancaman langsung bagi manusia. Karena lokasinya jauh dari daratan dan berada di laut dalam, erupsi tidak akan mengancam nyawa atau harta benda. Meski demikian, pemahaman tentang pola letusan sangat penting. Prediksi akurat dapat membantu tim ahli vulkanologi dalam memperkirakan potensi bahaya dari gunung berapi lainnya.
Selain itu, teknologi pemantauan yang dipasang di dasar laut juga menjadi bagian penting dalam studi ini. Rika Anderson, profesor madya dan ketua departemen biologi di Carleton College, Minnesota, menjelaskan bahwa kabel serat optik yang ditempatkan di dasar laut memberikan daya dan akses internet untuk instrumen pemantau. Teknologi ini tidak hanya digunakan untuk memantau aktivitas seismik, tetapi juga untuk mengamati respons kehidupan dasar laut terhadap letusan.
Para ilmuwan juga tertarik pada mikroba ekstrem yang hidup di ventilasi hidrotermal kaldera gunung berapi tersebut. Mikroba ini mampu bertahan dalam lingkungan air mendidih dan bahkan menghirup zat besi atau belerang. Anderson menambahkan, mikroba ini memiliki kemampuan melawan infeksi virus dan mungkin menyimpan petunjuk tentang evolusi kehidupan di Bumi. Mereka juga berperan penting dalam siklus biogeokimia global.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!