Harga Bitcoin Tembus US$ 125.000, Apa Langkah Berikutnya?

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.


Jakarta – Harga Bitcoin (BTC) sempat mencapai rekor tertinggi di atas US$ 125.000 beberapa waktu lalu. Setelah mencapai titik tersebut, banyak ahli memprediksi bahwa harga Bitcoin bisa naik hingga US$ 150.000 menjelang akhir tahun ini.

Berdasarkan data dari Coin Market Cap pada Jumat (10/10) pukul 18.00 WIB, harga Bitcoin berada di level US$ 121.580. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 99,28% dibandingkan tahun lalu (year on year/yoy). Hal ini menunjukkan bahwa Bitcoin terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam jangka panjang.

Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengungkapkan bahwa data on-chain menunjukkan indikasi yang menarik. Ia menyebut bahwa tidak ada aksi profit taking besar-besaran yang terjadi saat ini. Laporan dari CryptoQuant menegaskan bahwa volume profit taking masih jauh di bawah tingkat puncak historis. Ini menandakan bahwa pasar belum memasuki fase euforia akhir.

Fahmi menjelaskan bahwa selama 30 hari terakhir, pemegang BTC hanya merealisasikan keuntungan sebesar 0,26 juta BTC atau sekitar US$ 30 miliar. Angka ini hanya separuh dari jumlah yang tercatat pada bulan Juli (US$ 63 miliar), dan jauh lebih rendah dibandingkan angka puncak di Maret dan Desember 2024 yang mencapai US$ 78 miliar dan US$ 99 miliar.

Selain itu, aktivitas dari "OG wallets" — dompet yang telah menyimpan Bitcoin selama lebih dari satu dekade — juga relatif rendah. Dalam 30 hari terakhir, hanya 5.000 BTC yang berpindah. Angka ini hanya separuh dari volume yang keluar pada Maret dan Desember 2024.

“Ini berarti investor berpengalaman belum menjual Bitcoin yang dimiliki, dan investor baru belum cukup agresif dalam merealisasikan keuntungan,” ujar Fahmi kepada aiotrade.app, Jumat (10/10).

Menurut Fahmi, kombinasi antara volume profit taking yang rendah dan aktivitas OG wallets yang stabil menciptakan zona ketenangan di tengah reli harga Bitcoin. Zona ini sering kali menjadi bahan bakar untuk kenaikan berikutnya.

Selain itu, data-data ini juga menegaskan bahwa pasar belum mencapai puncak atau peak dari siklus saat ini. Sebaliknya, pasar sedang berada di fase redistribusi awal, yang merupakan langkah menuju level tertinggi berikutnya.

“Kondisi ini dapat mempersiapkan Bitcoin untuk memasuki gelombang kenaikan struktural menuju kisaran US$160.000 hingga US$ 200.000. Namun, investor perlu tetap mengawasi dinamika yang terjadi, khususnya apabila wallet besar secara kompak merealisasikan profit secara tiba-tiba,” tambah Fahmi.


Dengan tren yang terjadi saat ini, Bitcoin terlihat memiliki potensi besar untuk terus meningkatkan nilainya. Namun, investor harus tetap waspada terhadap kemungkinan volatilitas yang bisa terjadi kapan saja. Perkembangan pasar cryptocurrency terus berubah, dan setiap pergerakan harga bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal seperti regulasi, sentimen pasar, dan kondisi ekonomi global.

Pemantauan terhadap data on-chain dan aktivitas dompet akan menjadi hal penting bagi para investor. Dengan informasi yang akurat dan analisis yang mendalam, investor dapat membuat keputusan yang lebih tepat dalam mengelola portofolio mereka.