
Perubahan Strategi Bisnis Tirta Mahakam Resources Tbk. ke Jasa Angkutan Laut
PT Tirta Mahakam Resources Tbk. (TIRT), yang sebelumnya bergerak di bidang industri dan penjualan kayu lapis, kini melakukan transformasi bisnis dengan memilih jalur jasa angkutan laut. Langkah ini dilakukan sebagai respons terhadap dinamika pasar yang semakin berubah.
Sejak awal pandemi Covid-19 pada tahun 2020, aktivitas produksi dan penjualan kayu lapis PT Tirta Mahakam Resources Tbk. telah dihentikan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya prospek usaha dari sektor tersebut. Oleh karena itu, perusahaan memutuskan untuk beralih ke bisnis yang lebih menjanjikan, yaitu jasa angkutan laut.
Bisnis angkutan laut dipilih karena dinilai memiliki potensi pertumbuhan yang lebih besar serta mampu memberikan nilai tambah jangka panjang. Untuk memperkuat posisi di sektor ini, TIRT rencananya akan membeli 20 unit kapal senilai Rp162 miliar. Pembelian ini melibatkan tiga pihak terafiliasi dengan perusahaan, yaitu PT Lima Srikandi Jaya (LSJ), PT Mitra Kemakmuran Line (MKL), dan PT Antar Sarana Rekasa (ASR).
Adapun rincian pembelian kapal adalah sebagai berikut: * 11 unit kapal milik LSJ senilai Rp86,3 miliar * 3 unit kapal milik MKL seharga Rp39,76 miliar * 6 unit kapal milik ASR sebesar Rp36,02 miliar
Harga tersebut belum termasuk pajak dan biaya lain yang diperlukan dalam pengalihan hak atas kapal. Sumber pendanaan untuk pembelian kapal dan modal kerja berasal dari fasilitas pinjaman pemegang saham. TIRT akan menerima pinjaman dari PT Harita Jayaraya (HJR) sebesar Rp200 miliar. Dari jumlah tersebut, Rp180 miliar digunakan untuk pembelian aset kapal, sedangkan sisanya sebesar Rp20 miliar digunakan untuk modal kerja bisnis angkutan laut.
Dampak keuangan dari transaksi ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan, laba, dan profitabilitas perusahaan. Selain itu, perubahan bisnis ini juga berpotensi memberikan sumber pendapatan baru yang akan menguntungkan perusahaan serta para pemegang saham.
Berdasarkan proyeksi manajemen, Tirta Mahakam diperkirakan akan mencatat pendapatan sebesar Rp29,2 miliar dengan laba bersih Rp9,9 miliar pada semester II/2025 setelah transaksi berjalan. Pada tahun 2026, pendapatan diperkirakan meningkat menjadi Rp104 miliar dengan laba bersih sebesar Rp33,8 miliar.
Perubahan strategi ini dilakukan karena pasar kayu lapis global masih belum pulih sepenuhnya, sementara kebutuhan pengangkutan komoditas sumber daya alam seperti batu bara dan bauksit terus meningkat. Grup Harita, yang memiliki pengalaman lebih dari 15 tahun di sektor pelayaran, akan diintegrasikan untuk mendukung perubahan bisnis Tirta Mahakam. Dengan demikian, perusahaan berharap dapat menjalin kemitraan yang kuat dan berkelanjutan dalam bisnis angkutan laut.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!