
Perusahaan Otomotif Inggris Terpaksa Tutup Sementara Akibat Serangan Siber
Jaguar Land Rover (JLR), salah satu produsen mobil terbesar di Inggris, mengumumkan bahwa operasionalnya akan tetap ditutup setidaknya hingga bulan depan sebagai akibat dari serangan siber yang melanda perusahaan. Keputusan ini merupakan penundaan terbaru yang dialami oleh perusahaan raksasa tersebut, yang kini tengah berupaya keras untuk memulihkan kondisi operasional ke tingkat normal.
Serangan siber yang terjadi pada awal September 2025 menyebabkan pabrik JLR tidak mampu memproduksi mobil atau suku cadang sama sekali. Sebagian besar staf juga dianjurkan untuk tidak masuk kerja. Hal ini menimbulkan dampak signifikan terhadap bisnis dan ekonomi Inggris secara keseluruhan.
Menurut juru bicara JLR dalam pernyataannya pada Selasa, 23 September 2025, perpanjangan penutupan ini dimaksudkan untuk memberikan kejelasan bagi semua pihak yang terkait. "Kami sedang menyusun jadwal untuk memulai kembali operasional secara bertahap dan terus melanjutkan penyelidikan," ujar perusahaan.
Tim internal JLR bekerja sama dengan pakar eksternal dan lembaga keamanan siber Inggris, National Cyber Security Centre (NCSC). Kolaborasi ini juga melibatkan aparat penegak hukum guna mencari solusi terbaik dalam mengatasi insiden ini. "Fokus kami tetap pada dukungan terhadap pelanggan, pemasok, kolega, serta cabang ritel yang masih beroperasi," tulis perusahaan.
Dampak ekonomi dari insiden ini sangat besar. Menurut laporan media lokal, kerugian yang dialami JLR mencapai antara 50 hingga 70 juta poundsterling per hari. Seorang politisi senior Inggris menyebut insiden ini sebagai 'efek kejut' yang mengguncang perekonomian nasional.
Saat ini, JLR mempekerjakan lebih dari 30 ribu orang, termasuk 150 pekerja yang terkait langsung dengan operasional perusahaan. Ribuan pekerja agensi telah diberhentikan sementara, sementara karyawan lainnya dirumahkan dengan pengurangan gaji. Kondisi ini semakin memperparah tantangan yang dihadapi perusahaan.
Menteri Bisnis Inggris, Peter Kyle, dan Menteri Perindustrian, Chris McDonald, mengunjungi JLR pada Selasa untuk mendengarkan penjelasan langsung dari perusahaan. McDonald menyatakan bahwa pemerintah akan melakukan segala kemungkinan untuk mendukung karyawan dan pabrik tersebut. "Kami akan melakukan apapun dan menegaskan bahwa pemerintah bersama karyawan dan pabrik ini," ujarnya.
Pekan lalu, saham salah satu pemasok utama JLR, Autins, anjlok sebesar 55% karena dampak dari penghentian operasional. Gangguan ini dikhawatirkan memiliki dampak jangka panjang terhadap rantai pasokan JLR, yang bisa berdampak pada ekonomi secara keseluruhan.
Lucas Kello, direktur Pusat Keunggulan Akademik dalam Penelitian Keamanan Siber Universitas Oxford, menyatakan bahwa insiden ini bukanlah serangan siber biasa. "Ini adalah insiden keamanan ekonomi," ujarnya. Dengan demikian, perlu pendekatan yang lebih luas dan kolaboratif untuk mencegah serangan serupa di masa depan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!