
Kenaikan Kasus Campak di Kabupaten Bangkalan
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bangkalan kini memperketat pengawasan terhadap wabah campak setelah jumlah kasus yang dilaporkan meningkat tajam dalam sebulan terakhir. RSUD Syamrabu, rumah sakit utama di wilayah tersebut, mencatat sebanyak 50 balita yang dirawat karena campak selama bulan Agustus 2025. Dari jumlah tersebut, 17 anak masih menjalani perawatan di ruang isolasi sementara satu pasien lainnya sedang dipersiapkan untuk dirujuk ke Surabaya.
Ismawati, ibu dari salah satu pasien, mengungkapkan bahwa kondisi putranya semakin memburuk dan membutuhkan penanganan lebih lanjut. “Sesak napas tidak kunjung sembuh. Sudah 12 hari sejak pertama kali muncul gejala,” ujarnya saat ditemui di ruang perawatan anak RSUD Syamrabu. Ia menambahkan bahwa awalnya hanya demam tinggi, namun kemudian muncul ruam merah serta batuk dan pilek.
Data yang dikumpulkan oleh Dokter Spesialis Anak RSUD Syamrabu, dr Mega Malynda SpA, menunjukkan bahwa jumlah kasus campak secara keseluruhan dari Januari hingga Agustus 2025 mencapai 275 pasien. Mayoritas dari mereka adalah balita di bawah lima tahun. Angka ini meningkat signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, terutama pada bulan Agustus, di mana tercatat 50 pasien. Rata-rata usia pasien adalah 2 hingga 3 tahun.
Dr Mega menjelaskan bahwa gejala campak biasanya dimulai dengan demam tinggi, kemudian diikuti oleh ruam merah yang muncul di belakang tubuh, bergerak ke wajah, dan akhirnya menyebar ke seluruh tubuh. Selain itu, pasien juga sering mengalami batuk, pilek, diare, dan mata merah. Meski sebagian besar pasien datang dalam kondisi stabil, beberapa di antaranya mengalami komplikasi seperti diare berat atau sesak napas.
Untuk mencegah penyebaran wabah, dr Mega menekankan pentingnya vaksinasi. Menurutnya, banyak pasien belum mendapatkan imunisasi campak saat berusia 9 bulan. Hal ini menjadi perhatian serius bagi Dinkes Bangkalan dan pihak provinsi Jawa Timur.
Upaya Pencegahan dan Edukasi
Status Kejadian Luar Biasa (KLB) telah diberlakukan di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, setelah 17 anak meninggal akibat campak. Dari jumlah tersebut, 16 di antaranya tidak pernah divaksinasi, sementara satu orang belum mendapatkan imunisasi lengkap. Gubernur Khofifah Indar Parawansa juga menegaskan pentingnya langkah pencegahan serupa di daerah lain, termasuk Bangkalan.
Menurut Nur Chotibah, Kepala Dinkes Bangkalan, saat ini situasi di kabupaten ini masih relatif aman. Namun, pihaknya tetap melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya campak serta manfaat vaksinasi. Selain itu, Dinkes akan membuat surat edaran melalui Bupati Bangkalan agar semua lapisan masyarakat waspada terhadap ancaman wabah ini.
Selain itu, tim imunisasi akan turun ke lapangan jika ada indikasi kasus campak di suatu desa atau kecamatan. Mereka membawa vaksin campak berserta vitamin untuk memberikan layanan kesehatan yang cepat dan efektif. Dinkes juga melakukan monitoring dan evaluasi terkait capaian imunisasi setiap tiga bulan sekali, termasuk imunisasi DPT, Polio, dan campak.
Meski situasi saat ini belum memprihatinkan, Dinkes Bangkalan tetap berkoordinasi dengan rumah sakit untuk memastikan hasil laboratorium dari 17 pasien yang dirawat di RSUD Syamrabu. Mereka menunggu hasil pemeriksaan untuk memberikan informasi yang akurat dan transparan kepada masyarakat.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!