
Kenaikan Kasus Keracunan Massal Akibat Program MBG di Cipongkor
Jumlah siswa yang diduga mengalami keracunan akibat makanan bergizi gratis (MBG) di wilayah Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, terus meningkat. Hingga berita ini diturunkan, jumlah korban mencapai 364 orang. Pemerintah setempat telah menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) untuk memastikan penanganan yang lebih cepat dan efektif.
Beberapa siswa ditempatkan di Gedung Olahraga (GOR) Kantor Kecamatan Cipongkor sebagai tempat perawatan. Salah satu korban, Nita Amelia (14), siswa kelas III SMP 45, mengalami gejala keracunan setelah menyantap MBG di sekolahnya. Gejala muncul pada malam hari, yaitu pusing dan mual, kemudian melanjut ke muntah-muntah pada pagi harinya. Nita mengaku bahwa daging ayam dalam menu MBG tersebut memiliki rasa aneh, seperti basi.
Selain Nita, beberapa siswa dari sekolah lain juga mengalami gejala serupa. Siti Nur Azizah (9), murid SDN Ciririp, mengeluhkan pusing, mual, dan buang air besar terus-menerus setelah mengonsumsi MBG. Ia tetap masuk sekolah pada pagi hari, namun karena kondisi tidak membaik, ia dibawa ke GOR. Dari tiga siswa SDN Ciririp yang mengalami gejala serupa, dua di antaranya masih menjalani perawatan.
Sementara itu, Aprilia (6), murid TAAM Al Irsyad, juga mengalami gejala keracunan. Ia dua kali dibawa ke GOR karena demam dan panas. Neneknya, Ade (52), mengungkapkan bahwa Aprilia sempat diberi obat oleh dokter, tetapi langsung dimuntahkan lagi.
Bupati Jeje Ritchie Ismail menetapkan kasus ini sebagai KLB. Menurut data yang diperoleh, sebanyak 225 dari 364 korban telah dipulangkan. Investigasi penyebab keracunan sedang dilakukan, termasuk mengecek kebersihan dan standarisasi pengolahan makanan di dapur pemasok MBG. Dapur di Cipongkor sementara waktu ditutup untuk investigasi lebih lanjut.
Dari 85 dapur penyedia MBG, sebagian besar belum memiliki sertifikat sehat. Pemkab akan melakukan evaluasi menyeluruh. Sampel makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan telah diambil dan akan diuji dalam 2-3 hari ke depan. Hasil uji akan menjadi dasar tindakan selanjutnya, termasuk kemungkinan tindakan hukum.
Kepala Puskesmas Cipongkor Yuyun mencatat total korban mencapai 369 orang, dengan 255 orang telah pulang dari perawatan. Sejumlah korban dirujuk ke rumah sakit, seperti RSUD Cililin, RSIA ALZ, dan Permata Hati.
SMK Pembangunan Bandung Barat, Desa Sirnagalih, merupakan salah satu sekolah pertama yang mengalami kasus keracunan. Sekolah tersebut diliburkan setelah insiden. Beberapa siswa dari SMK ini dibawa ke Puskesmas dan RSUD Cililin, dengan sebagian sudah membaik dan kembali ke rumah.
Aparat kepolisian dari Polda Jabar tengah melakukan penyelidikan mendalam untuk mengusut tuntas insiden ini. Tim gabungan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dan Dinkes Kabupaten Bandung Barat juga melakukan penyelidikan epidemiologi. Sampel makanan yang dikonsumsi para siswa telah diamankan untuk pengujian lebih lanjut.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menegaskan bahwa program MBG tidak akan dihentikan sementara, tetapi akan dievaluasi secara menyeluruh. Pertemuan dengan BGN akan digelar untuk mengevaluasi program tersebut agar tidak terjadi kejadian serupa.
Khawatir atas kejadian ini, banyak orangtua siswa merasa was-was. Beberapa anak memilih membawa MBG ke rumah atau tidak mengonsumsinya. Kejadian keracunan di beberapa daerah seperti Garut dan Tasikmalaya semakin memperkuat kekhawatiran ini.
Bupati Tasikmalaya Cecep Nurul Yakin telah membentuk tim Satgas MBG untuk memastikan pengawasan yang ketat mulai dari bahan makanan hingga distribusi. Pengawasan harus dilakukan secara terjadwal dan intensif agar tidak terjadi lagi kejadian serupa.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!