
Program Makan Bergizi Geratis (MBG) Terus Diperbincangkan
Program Makan Bergizi Geratis (MBG) yang diberikan secara nasional sejak pertama kali dijalankan hingga saat ini masih menjadi perhatian dan topik pembicaraan masyarakat. Berbagai isu terkait program ini mulai dari menu yang tidak disukai, makanan yang sudah basi, adanya belatung, menu yang terlalu sederhana, hingga kejadian keracunan akibat mengonsumsi makanan MBG.
Beberapa waktu lalu, sebanyak 13 siswa di wilayah hukum Polsek Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya diduga mengalami keracunan setelah mengonsumsi menu MBG yang terdiri dari mie, ayam, sayur sawi hijau, dan buah semangka. Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran terhadap kualitas makanan yang diberikan dalam program tersebut.
Selain itu, di media sosial TikTok, khususnya di Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, viral tentang menu minimalis yang diduga tidak sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Selain itu, ada laporan makanan yang basi dan berisi belatung, sehingga banyak siswa SD yang tidak memakan makanan tersebut dan langsung membuangnya.
Menanggapi hal ini, Anggota Komisi II DPRD Kota Tasikmalaya, Kepler Sianturi memberikan tanggapannya. Ia menyatakan bahwa dirinya sering menerima keluhan dari masyarakat terkait masalah makanan yang basi, bau, atau bahkan mengandung belatung. Menurutnya, program MBG harus dievaluasi secara menyeluruh.
“Kelayakan menu harus dipertimbangkan oleh ahli gizi. Setiap program MBG seharusnya diatur oleh ahli gizi agar makanan yang diberikan layak, bergizi, dan bisa dikonsumsi oleh siswa. Ahli gizi harus turun langsung ke lapangan untuk memastikan bahwa makanan yang dibeli benar-benar aman dan bergizi,” ujarnya.
Kepler juga menyoroti pentingnya memperhatikan kualitas bahan makanan, seperti daging ayam. Ia pernah menemukan daging ayam yang sudah busuk dengan jumlah yang cukup besar. Setelah mengetahui hal ini, ia bersama pihak terkait beberapa bulan lalu melakukan sidak ke beberapa penjual dan Rumah Potong Ayam (RPA).
“MBG harus memastikan bahwa setiap produk yang dibeli aman dan sesuai standar. Hal ini sangat penting karena program ini baik dan membantu masyarakat, namun kualitas dan kuantitas juga harus diperhatikan. Makanan yang sehat dan bergizi akan menentukan masa depan anak-anak dan negara kita,” tambahnya.
Ia juga menyarankan agar makanan MBG benar-benar dimakan dan disukai oleh anak-anak. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan membuat kuesioner, yang dilampirkan bersama menu. Kuesioner bisa diberikan sehari sebelum makanan dikirim. Misalnya, jika makanan dikirim pada hari Kamis, maka kuesioner diberikan pada hari Rabu.
“Saya juga menerima laporan bahwa ada MBG yang tidak sesuai standar, baik dari sisi dapur maupun menu gizinya. Jika program MBG akan dilanjutkan, pemerintah harus segera turun ke lokasi MBG untuk memastikan apakah sesuai standar atau tidak,” katanya.
Banyaknya masalah yang muncul seperti keracunan, makanan bau, basi, serta dapur yang tidak sesuai standar menunjukkan perlunya tindakan lebih serius. Untuk meningkatkan keamanan dan meminimalisir permasalahan, seharusnya pemerintah segera membentuk tim investigasi yang melibatkan berbagai pihak, termasuk aparat penegak hukum dan pemerintahan.
“MBG adalah program yang baik, anggaran yang ditetapkan oleh pemerintah pusat sudah maksimal. Artinya, hindari segala bentuk permainan yang bisa merugikan rakyat dan negara. Salah satu contoh yang sering diadukan kepada saya adalah menu minimalis yang tidak sesuai dengan harga yang telah ditetapkan. Hal ini harus dihindari,” tutupnya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!