
Kritik dari Uni Eropa Terhadap Target Iklim Cina Dianggap Tidak Adil
Kementerian Luar Negeri Cina menanggapi kritik terhadap target iklim baru yang diumumkan oleh Presiden Xi Jinping. Menurut pihak Cina, pernyataan dari pejabat Uni Eropa mengenai rencana tersebut menunjukkan standar ganda dan kebutaan selektif. Mereka juga menyatakan bahwa Uni Eropa sendiri lambat dalam bertindak terhadap komitmen iklim mereka.
Pekan lalu, Cina mengumumkan janji untuk mengurangi emisi gas rumah kaca antara 7% hingga 10% pada tahun 2035 dari puncaknya. Ini merupakan bagian dari NDC (Nationally Determined Contributions) yang diperbarui. Namun, Komisaris Iklim Uni Eropa, Wopke Hoekstra, menyebut target tersebut sebagai "jelas mengecewakan".
Sehari sebelumnya, mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan pidato di Sidang Umum PBB di mana ia menggambarkan perubahan iklim sebagai "penipuan terbesar". Meski tidak secara langsung merespons pernyataan Trump, Kementerian Luar Negeri Cina menyentil pernyataannya dalam tanggapan terhadap Hoekstra.
"Beberapa orang memilih untuk tidak mendengarkan dan diam saat mendengar klaim seperti perubahan iklim adalah tipuan, tetapi malah mengabaikan dan membuat komentar yang tidak bertanggung jawab tentang tindakan Cina yang bertanggung jawab dan proaktif dalam menangani perubahan iklim," ujar juru bicara kementerian tersebut.
Perbandingan dengan Target Iklim Negara Lain
Hoekstra menilai rencana iklim Cina jauh dari apa yang dianggapnya dapat dicapai dan diperlukan. Ia juga menyebut pendekatan iklim Amerika Serikat "mengkhawatirkan dan bermasalah". Hal ini dilaporkan oleh beberapa media internasional.
Cina menegaskan bahwa retorika semacam itu mengganggu solidaritas global dalam menangani perubahan iklim dan merusak atmosfer kerja sama. Mereka berharap Uni Eropa lebih aktif dalam menjalankan komitmennya.
NDCs adalah rencana iklim nasional yang tidak mengikat yang harus diserahkan setiap lima tahun sekali kepada PBB sebagai bagian dari Perjanjian Paris. Tujuan utamanya adalah mencegah kenaikan suhu global melebihi 1,5 derajat Celsius.
Amerika Serikat, negara penghasil gas rumah kaca terbesar kedua setelah Cina, telah menarik diri dari Perjanjian Paris. Sementara itu, Uni Eropa belum mengumumkan rencana iklim barunya, meskipun telah sepakat untuk menetapkan target pengurangan emisi antara 66,25% hingga 72,5% pada 2035 dibandingkan dengan tingkat 1990.
Komitmen Cina dalam Mengurangi Emisi
Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Cina mendesak Uni Eropa untuk mengubah kebiasaannya yang dinilai banyak bicara tapi sedikit bertindak. Mereka juga menyatakan bahwa Cina adalah negara dengan "kemauan yang paling teguh, tindakan yang paling tegas, dan implementasi yang paling efektif dalam memenuhi komitmen pengurangan emisi gas rumah kaca".
Tujuan iklim baru Cina menandai kali pertama negara tersebut berjanji untuk mengurangi emisi. Namun, tingkat pengurangan yang dijanjikan jauh lebih rendah daripada pengurangan 30% hingga 2035 yang menurut beberapa ilmuwan diperlukan untuk menyelaraskan China dengan tujuan global untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius.
Komisi Eropa melaporkan bahwa emisi gas rumah kaca UE turun 8,3% pada 2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dan turun 37% dari level 1990 dibandingkan dengan pertumbuhan PDB sebesar 68%. Hal ini menunjukkan bahwa Uni Eropa memiliki capaian yang signifikan dalam pengurangan emisi.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!