
Kinerja Grup Sinarmas dan Perkembangan Sahamnya
Grup Sinarmas masih menjadi perhatian pasar, meskipun laju kinerjanya belum sepenuhnya kencang. Salah satu emiten dalam grup ini, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), menjadi salah satu penggerak utama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sejak awal tahun, saham DSSA mengalami kenaikan signifikan hingga 187,03% secara year to date (YTD) dan saat ini berada di level Rp 106.200 per saham. Berdasarkan riset Samuel Sekuritas Indonesia, DSSA memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp 878 triliun dan menyumbang sekitar 6% dari IHSG.
Selain DSSA, beberapa saham lain dari Grup Sinarmas juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Contohnya, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) naik 12,17% YTD, PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk (SMAR) naik 47,26% YTD, PT Pabrik Kerta Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) naik 16,74% YTD, dan PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) naik 8,09% YTD. Sementara itu, PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM) mencatatkan kenaikan saham sebesar 8,54% YTD, dan PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) naik 2,23% YTD.
Penyebab Kenaikan Saham DSSA
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan menjelaskan bahwa kenaikan tajam saham DSSA terutama dipengaruhi oleh sentimen pasar. DSSA baru saja masuk ke indeks FTSE Large Cap dan indeks MSCI, sehingga banyak alokasi asing dan institusi melakukan rebalancing ke saham ini. Hal ini meningkatkan likuiditas dan minat beli aktif. Namun, dari sisi fundamental, kinerja DSSA pada paruh pertama 2025 menunjukkan tekanan nyata. Bisnis pertambangan batubara masih menjadi tulang punggung kontribusi pendapatan, namun margin tertekan oleh beban pokok penjualan yang meningkat dan harga batubara yang masih tertekan.
Meski DSSA memiliki eksposur bisnis energi, performa bisnis utamanya belum sekuat lonjakan harga sahamnya. Ekky melihat potensi kinerja menarik dari beberapa emiten Grup Sinarmas lainnya, terutama jika mereka bisa memanfaatkan momentum korelasi sektor energi, hilirisasi, serta digital.
Kinerja Fundamental dan Proyeksi
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Arinda Izzaty, menjelaskan bahwa kenaikan saham DSSA lebih dari 180% YTD terutama didorong oleh transaksi negosiasi jumbo di pasar, narasi diversifikasi bisnis ke sektor energi baru terbarukan (EBT), telekomunikasi, serta ekspektasi transformasi jangka panjang. Meski demikian, secara fundamental kinerja DSSA belum menjadi motor utama Grup Sinarmas. Laporan semester I 2025 menunjukkan laba bersih DSSA justru menurun, sehingga kontribusi riil ke laba grup tidak sebanding dengan lonjakan harga sahamnya.
Di sisi lain, emiten properti seperti BSDE dan DMAS terlihat lebih konsisten mencatatkan laba dan menjadi pilar pendapatan yang kuat bagi Grup Sinarmas dibanding DSSA.
Prospek dan Rekomendasi
Meskipun pergerakan sahamnya impresif, kinerja DSSA di paruh pertama tahun 2025 sebenarnya belum cemerlang. Pendapatan usaha DSSA turun 13,16% YoY ke US$ 1,32 miliar dan laba bersih juga turun 48,88% YoY ke US$ 97,09 juta. Kinerja sejumlah emiten Grup Sinarmas lainnya juga mayoritas tercatat masih turun di enam bulan pertama tahun ini.
Ekky melihat bahwa untuk sisa tahun 2025, sentimen positif bagi Grup Sinarmas akan datang dari realisasi arus masuk investor asing pasca masuk indeks global, stabilitas harga batu bara & energi, serta dorongan proyek infrastruktur dan transformasi digital. Namun, risiko yang harus diwaspadai termasuk penurunan kinerja operasional, volatilitas harga komoditas, serta penyesuaian free float atau bobot indeks.
Saham DSSA sendiri bisa mengalami koreksi teknikal setelah reli agresif, terutama jika laporan kinerja berikutnya belum memberikan kejutan positif. Saham lain di Grup Sinarmas juga bisa ikut melonjak jika mereka memiliki fundamental yang solid dan berada di sektor yang sedang tren (energi, digital, infrastruktur).
Arinda merekomendasikan beli untuk BSDE dengan target harga Rp 1.190 per saham. Dari sisi fundamental yang lebih kokoh, BSDE dan DMAS berpeluang menutup tahun dengan performa lebih baik.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!