
Peran Cukai Biji Plastik dalam Mengurangi Dampak Lingkungan dan Kesehatan
Dietplastik Indonesia kembali mengajukan permintaan kepada pemerintah untuk menerapkan cukai pada biji plastik. Langkah ini dianggap penting agar beban yang selama ini hanya dibebankan kepada masyarakat sebagai konsumen dapat dialihkan ke industri hulu. Direktur Eksekutif Dietplastik Indonesia, Tiza Mafira, menekankan bahwa plastik memiliki dampak serius terhadap kesehatan dan ekonomi, mirip dengan minuman berperisa yang telah terbukti merusak kesehatan.
Menurut Tiza, cukai bisa menjadi alat ganda yang efektif. Selain mengurangi produksi plastik virgin, cukai juga dapat membantu mengurangi risiko gangguan kesehatan akibat polusi plastik. Dengan perencanaan yang tepat, pendapatan dari cukai tersebut dapat dialokasikan untuk program kesehatan publik. Selain itu, dana cukai juga bisa digunakan untuk mendukung inovasi pengelolaan sampah rendah emisi, sehingga manfaatnya kembali kepada masyarakat.
Sejarah Desakan untuk Cukai Plastik
Desakan untuk penerapan cukai plastik bukanlah hal baru bagi Dietplastik Indonesia. Pada 2018, organisasi ini telah menggagas petisi yang berhasil dikumpulkan oleh hampir 1,2 juta orang. Respon dari Kementerian Keuangan diwujudkan dengan rencana penerapan cukai pada kantong plastik pada tahun 2019. Namun, implementasi cukai ini tertunda akibat pandemi Covid-19. Rencana tersebut akhirnya dihentikan pada Januari 2025 karena dianggap cukup dengan kebijakan non-fiskal seperti larangan penggunaan kantong plastik.
Nadya Mulya, penggagas petisi tersebut, menyatakan bahwa saat ini sudah waktunya produsen lebih bertanggung jawab dalam proses produksinya. Produsen harus berinovasi mencari alternatif berkelanjutan serta mematuhi prinsip extended producer responsibility (EPR), yaitu tanggung jawab terhadap seluruh siklus hidup produk.
Dampak Negatif Polusi Plastik terhadap Kesehatan
Laporan Lancet Countdown on Health and Plastic menunjukkan bahwa polusi plastik menyebabkan ratusan ribu kematian setiap tahun. Selain itu, kerugian ekonomi mencapai US$1,5 juta atau sekitar Rp25 miliar (dengan kurs Rp16.690/US$) akibat beban penyakit yang ditimbulkan. Mikroplastik dan bahan kimia berbahaya dari plastik tidak hanya menyebar di tempat sampah, tetapi juga dapat masuk ke udara, air, dan bahkan tubuh manusia.
Laporan tersebut menjelaskan bahwa intervensi di hulu adalah langkah paling efektif untuk mengurangi dampak krisis plastik. Dengan rekomendasi kebijakan ini, Dietplastik Indonesia melihat peluang bagi Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinan global dalam mengatasi polusi plastik sekaligus melindungi kesehatan masyarakat. Penerapan cukai plastik merupakan langkah strategis yang perlu segera diambil untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan kesehatan yang lebih baik bagi rakyat Indonesia.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!