
Aceh Menjadi Pintu Masuk Narkoba Terbesar di Indonesia
Kepala Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Aceh, Bier Budy Kismulyanto, mengungkapkan data yang mengejutkan terkait peredaran narkoba di wilayah tersebut. Hingga 31 Agustus 2025, dari total 10,6 ton narkoba yang berhasil digagalkan di seluruh Indonesia, sekitar 5,3 ton atau hampir setengahnya berasal dari Aceh. Angka ini menunjukkan bahwa Aceh menjadi salah satu daerah dengan peredaran narkoba paling tinggi di negara ini.
Narkoba yang berhasil diamankan di Aceh didominasi oleh ganja, sabu-sabu, dan ekstasi. Dalam data DJBC Aceh, total narkoba yang berhasil diamankan pada tahun 2025 mencapai 5,3 ton, yang terdiri dari 3,6 ton ganja, 1,6 ton sabu-sabu, serta 168 gram ekstasi. Jumlah penindakan juga meningkat secara signifikan dibanding tahun sebelumnya. Tahun ini tercatat sebanyak 75 kasus, naik drastis dibanding tahun 2024 yang hanya mencatat 39 kasus dengan total barang bukti 1,6 ton. Sementara pada tahun 2023, DJBC Aceh menangani 24 kasus dengan total narkoba yang diamankan sebesar 2,3 ton.
Bier Budy Kismulyanto menyatakan bahwa peningkatan jumlah penindakan ini merupakan hasil dari operasi mandiri DJBC Aceh maupun kerja sama dengan aparat penegak hukum lainnya. Ia menekankan bahwa angka ini harus menjadi perhatian serius bagi semua pihak, termasuk lembaga pemerintah dan masyarakat.
Kerja Sama Lintas Instansi untuk Memerangi Narkoba
Bea Cukai Aceh bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN), Polri, dan berbagai instansi terkait lainnya dalam upaya memperkuat sinergi untuk menekan peredaran narkoba. Menurut Bier, kolaborasi ini sangat penting dalam menghadapi ancaman narkoba yang semakin marak. "Kami bekerja sama dengan teman-teman di BNN, di Polri, dan instansi lain selalu bersinergi," ujarnya.
Posisi geografis Aceh yang berada di ujung barat Indonesia dan berbatasan langsung dengan beberapa negara menjadi salah satu faktor yang membuat narkoba mudah masuk ke wilayah ini. Selain itu, sejumlah kabupaten dan kota di Aceh memiliki alur-alur kecil yang rawan terhadap penyelundupan narkoba. Hal ini menjadikan Aceh sebagai pintu masuk utama bagi peredaran narkoba di Indonesia.
Upaya Penindakan yang Semakin Ketat
Hasil penindakan selama ini tidak hanya berasal dari operasi mandiri DJBC Aceh, tetapi juga melibatkan kerja sama lintas sektor. Dengan adanya peningkatan jumlah kasus dan volume narkoba yang diamankan, DJBC Aceh terus memperkuat langkah-langkah pencegahan dan penindakan. Langkah-langkah ini dilakukan guna memastikan bahwa narkoba tidak lagi menjadi ancaman serius bagi masyarakat Aceh dan seluruh Indonesia.
Selain itu, DJBC Aceh juga aktif dalam melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya narkoba. Melalui berbagai program dan kegiatan, pihaknya berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan risiko penggunaan narkoba serta pentingnya menjaga lingkungan dari pengaruh negatif narkoba.
Masa Depan yang Lebih Aman
Dengan peningkatan jumlah penindakan dan kerja sama yang semakin kuat antara DJBC Aceh dengan berbagai instansi terkait, diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam mengurangi peredaran narkoba di wilayah ini. Meskipun tantangan masih ada, upaya yang dilakukan oleh Bea Cukai Aceh menunjukkan komitmen yang kuat dalam menjaga keamanan dan kesejahteraan masyarakat.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!