
Nasib Pilu Seorang Ibu di Sukabumi yang Masih Menunggu Bantuan
Seorang ibu di Kota Sukabumi menjadi sorotan setelah kisah hidupnya viral di media sosial. Atin, perempuan berusia 54 tahun asal Kampung Cibungur, Kelurahan Sindangpalay, Kecamatan Cibeureum, mengalami kesulitan besar akibat rumahnya rusak akibat banjir hampir setahun lalu. Hingga kini, kondisi rumahnya belum juga diperbaiki.
Video berdurasi satu menit 47 detik tersebut memperlihatkan Atin dengan suara lemah memohon bantuan dari pemerintah maupun masyarakat. Ia berharap ada orang yang peduli dan bersedia membantu. Saat ini, Atin tinggal di kontrakan dengan biaya sewa bulanan, sementara penghasilannya hanya berasal dari pekerjaan sebagai buruh tani.
“Assalamualaikum, bumi abdi kena musibah kabanjiran. Saha wae anu bade ngabantos,” ucap Atin dalam video tersebut dengan penuh harapan.
Video tersebut dibuat oleh tetangganya yang prihatin terhadap nasib Atin. Ia menjelaskan bahwa rumah Atin yang terkena banjir sudah dilaporkan ke pihak kelurahan dan bahkan didokumentasikan. Namun, hingga kini belum ada bantuan nyata yang datang.
“Muhun ieu teh bumi tos hampir bade sataun korban kebanjiran. Pejabat-pejabat di kelurahan gening teu acan, Ngan saukur dipoto hungkul, hampir sataun teu acan aya bantosana,” kata perekam video dengan nada kecewa.
Kondisi Atin semakin berat karena harus menanggung biaya kontrakan tanpa jaminan pendapatan tetap. Ia adalah seorang janda yang hanya bekerja sebagai buruh tani. “Anjeuna janda, teu gaduh penghasilan tetap saukur buruh tani. Abdi sebagai tetanggana hawatos ningalina, tiap bulan kedah bayar kontrakan,” tambahnya lagi.
Dalam penutup video, tetangga tersebut berharap ada masyarakat yang tergerak untuk membantu Atin. “Saha wae anu ningali video ieu, mudah-mudahan ka ketuk hatina niat kange ngabantos warga abdi ieu,” tutupnya.
Data Bencana di Sukabumi yang Mengkhawatirkan
Data resmi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melalui Sistem Informasi Elektronik Data Bencana (SiEdan) menunjukkan bahwa bencana yang menimpa Sukabumi bukanlah kasus tunggal. Selama periode terakhir, kerugian akibat berbagai bencana mencapai Rp9.473.750.000. Luas area terdampak mencapai 1,7834 hektare dengan 1.424 Kepala Keluarga (KK) terdampak.
Jumlah jiwa yang terkena dampak langsung mencapai 1.595 orang. Dari sisi infrastruktur, tercatat 1.536 bangunan mengalami kerusakan, termasuk 70 unit rusak berat, 198 unit rusak sedang, dan 1.268 unit lainnya rusak ringan.
Berdasarkan jenis bencananya, banjir menjadi kejadian paling sering terjadi dengan total 248 kali. Diikuti oleh cuaca ekstrem sebanyak 171 kali, tanah longsor 91 kali, angin puting beliung 35 kali, kebakaran pemukiman 25 kali, gempa bumi 6 kali, serta kebakaran lahan sebanyak 3 kali.
Frekuensi bencana juga bervariasi setiap bulannya. November menjadi bulan dengan jumlah laporan terbanyak, yaitu 306 kasus. Bulan April menempati urutan kedua dengan 72 kejadian, disusul Maret dengan 39 kasus, Januari 36 kasus, Mei 35 kasus, Juni 25 kasus, September 15 kasus, Juli 14 kasus, Februari 18 kasus, Oktober 10 kasus, dan Agustus hanya 2 kasus.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!