Peristiwa Black Monday: Jatuhnya Wall Street dalam Sehari

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Peristiwa Black Monday: Kegoncangan Pasar Saham yang Membekas di Sejarah

Black Monday, atau Senin Hitam, adalah salah satu peristiwa paling mengejutkan dalam sejarah pasar saham dunia. Terjadi pada 19 Oktober 1987, kejadian ini menjadi contoh nyata bagaimana volatilitas pasar bisa berubah menjadi krisis dalam hitungan jam. Berikut beberapa fakta penting yang menggambarkan dampak besar dari peristiwa tersebut.

Kehancuran Pasar Saham Terbesar dalam Satu Hari

Peristiwa Black Monday dimulai di New York Stock Exchange (NYSE) ketika Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak turun hingga 508 poin dalam satu hari. Penurunan ini mencapai 22,6 persen, menjadikannya kerugian harian terbesar dalam sejarah bursa AS. Nilai kapitalisasi pasar yang hilang diperkirakan mencapai 500 miliar dolar AS, setara dengan Rp8,3 kuadriliun.

Guncangan ini tidak hanya terasa di Amerika Serikat, tetapi juga menyebar ke seluruh dunia. Pasar di Hong Kong, Eropa, dan Wall Street ikut terpuruk akibat efek domino yang tercipta. Media internasional memberitakan betapa rapuhnya sistem keuangan global saat itu, menunjukkan keterhubungan antar pasar yang sangat kuat.

Kepanikan juga merambah ke kalangan pejabat dan masyarakat. Kepala Securities and Exchange Commission (SEC), David Ruder, bahkan mengancam akan menutup pasar untuk mencegah keruntuhan lebih lanjut. Presiden AS saat itu, Ronald Reagan, mengaku bingung karena kondisi ekonomi AS masih sehat, tetapi rasa takut publik akan terulangnya Depresi Besar membuat situasi semakin sulit dikendalikan.

Teknologi dan Kepanikan Jadi Pemicu Utama

Tidak ada satu kejadian tunggal yang menjadi penyebab utama krisis ini. Para ahli menilai bahwa Black Monday dipicu oleh kombinasi faktor, terutama program trading berbasis komputer dan kepanikan massal. Pasar saham saat itu sedang dalam tren naik sejak 1982, sehingga kondisi memang rentan terhadap koreksi.

Sistem program trading seperti portfolio insurance dan index arbitrage menjadi sorotan. Portfolio insurance, misalnya, secara otomatis mengeksekusi penjualan kontrak berjangka ketika pasar turun. Begitu harga jatuh, algoritma langsung memicu aksi jual masif. Dalam hitungan menit, siklus ini berulang tanpa kendali. Semakin banyak saham dilepas, semakin tajam harga jatuh, hingga menciptakan spiral penurunan yang tak terbendung.

Para pedagang manusia yang melihat angka merah di layar mereka pun ikut panik, mempercepat kehancuran total. Situasi ini sangat menegangkan dan menunjukkan betapa cepatnya volatilitas pasar bisa berkembang.

Regulasi Baru Lahir Setelah Krisis

Meski banyak yang khawatir ekonomi akan terjerumus ke jurang resesi, dampak jangka panjang Black Monday tidak separah dugaan. Tidak terjadi gelombang kebangkrutan besar, dan pasar berhasil bangkit dalam waktu relatif singkat. Namun, krisis ini menjadi pelajaran berharga tentang risiko teknologi dalam sistem keuangan.

Sebagai respons, otoritas bursa memperkenalkan circuit breakers atau pemutus sirkuit. Aturan ini memungkinkan perdagangan dihentikan sementara secara otomatis jika harga saham turun terlalu drastis dalam waktu singkat. Tujuannya sederhana: memberi jeda agar investor bisa berpikir jernih dan tidak larut dalam kepanikan massal.

Selain itu, NYSE juga memperketat aturan modal bagi para specialist untuk menambah stabilitas. Langkah-langkah inilah yang kemudian menjadi dasar sistem perlindungan pasar modern. Hingga kini, circuit breakers masih menjadi rem darurat yang dipercaya bisa mencegah terulangnya kepanikan seperti di tahun 1987.