
Presiden Prabowo Subianto Pamerkan Kinerja Pertanian Indonesia di PBB
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyampaikan pidato dalam Sidang Umum ke-80 Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang berlangsung di New York, Amerika Serikat. Dalam pidatonya, ia memperkenalkan pencapaian penting negara ini dalam sektor pertanian, khususnya terkait ekspor beras.
Menurut Prabowo, capaian ini muncul karena produksi beras Indonesia mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah. Ia menjelaskan bahwa kondisi global saat ini sedang menghadapi tantangan besar, termasuk kerawanan pangan, energi, dan air. Namun, Indonesia memilih untuk menjawab masalah tersebut secara langsung, baik di dalam maupun luar negeri.
"Kami telah mencapai swasembada beras dan mulai mengekspor beras ke negara-negara lain yang membutuhkan, termasuk memberikan bantuan beras untuk Palestina," ujarnya.
Membangun Rantai Pasok Pangan yang Kuat
Prabowo menekankan bahwa pemerintah Indonesia telah membangun sistem rantai pasok pangan yang tangguh. Ini dilakukan dengan memperkuat produktivitas petani dan melakukan investasi dalam sistem pertanian cerdas. Tujuannya adalah untuk memastikan ketahanan pangan bagi rakyat Indonesia dan dunia.
Ia yakin bahwa dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia. "Kami yakin dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia," tegasnya.
Pidato Prabowo disampaikan setelah penyampaian pidato oleh Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dan Presiden AS Donald Trump. Ini merupakan pidato pertama kali yang disampaikan oleh Prabowo dalam forum Sidang Umum PBB.
Sebelumnya, pada Senin (22/9/2025), Prabowo juga menyampaikan pidato singkat tentang dukungan bagi kemerdekaan Palestina dalam sesi konferensi tingkat tinggi PBB.
Produksi dan Ekspor Beras Indonesia
Dalam beberapa bulan terakhir, produksi beras Indonesia mencapai angka yang sangat menggembirakan. Menurut data dari Menteri Pertanian Amran Sulaiman, produksi beras diperkirakan mencapai 35,6 juta ton pada 2025. Angka ini meningkat sekitar 4,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan perhitungan dari Badan Pangan Dunia (FAO), produksi beras Indonesia berada di peringkat kedua dunia setelah Brasil. Selain itu, peningkatan produksi ini turut membantu menekan harga pangan dunia. Harga beras yang awalnya 460 dollar per ton kini turun menjadi 370 dollar per ton.
"Indonesia berkontribusi menekan harga pangan dunia. Ini penurunan terjadi tajam. Artinya rakyat Indonesia berkontribusi pada penduduk dunia yang mengonsumsi pangan khususnya beras," jelas Amran.
Rencana Ekspor Beras ke Malaysia
Sejak Mei 2025, pemerintah Indonesia memberi peluang kepada produsen swasta untuk mengekspor beras ke Malaysia. Targetnya adalah pengiriman 24.000 ton beras ke Negeri Jiran melalui skema kerja sama business to business (B2B).
Perusahaan beras dalam negeri akan memasok komoditas ini ke perusahaan swasta Malaysia. Meskipun rencana ekspor terus berjalan, realisasinya masih menunggu kepastian dari negara-negara mitra dagang.
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menyatakan bahwa ekspor beras hanya menunggu lampu hijau dari otoritas negara tujuan. "Ekspor beras, kita lagi nunggu. Yang jelas bantuan kepada Palestina sudah kita kasih. Sebetulnya nggak di kita, ada di negara-negara tujuan ekspor ini," ujarnya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!