
Kehidupan Sumanto, dari Kasus Kanibalisme hingga Jadi Konten Kreator
Sumanto, seorang pria asal Desa Pelumutan, Purbalingga, Jawa Tengah, dulu pernah menjadi sorotan publik Indonesia. Nama yang viral pada tahun 2003 ini sempat membuat heboh masyarakat karena aksinya yang tidak biasa, yaitu mengonsumsi daging mayat. Peristiwa tersebut membuatnya dihukum penjara akibat tindakan pencurian mayat.
Setelah bebas dari penjara, Sumanto memulai kembali kehidupannya dengan menjadi seorang konten kreator. Di akun media sosial @sumantooficial_, ia aktif membagikan berbagai aktivitas sehari-harinya. Sebagian besar konten yang dibagikannya berkisar tentang dunia kuliner. Ia bahkan menyampaikan perubahan hidupnya dengan mengatakan, "Dulunya masak daging hidup-hidup, sekarang full matang."
Sejak menjadi konten kreator, Sumanto harus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan tren baru di dunia digital. Salah satu hal yang ia lakukan adalah menerima endorsement seperti yang dilakukan oleh selebgram atau kreator konten lainnya. Ia mengungkapkan bahwa kini dirinya justru dikejar-kejar oleh penawaran endorse, sementara dulu ia yang mencari orang.
Salah satu aktivitas yang sering ia bagikan adalah mukbang, atau makan dalam video. Namun, ada satu makanan yang belum pernah ia coba dan membuatnya penasaran, yaitu rawon. Rawon merupakan makanan khas Probolinggo yang ingin ia cicipi.
Rekam Jejak Sumanto
Sumanto lahir pada tanggal 3 Maret 1972. Nama lengkapnya mulai terkenal setelah melakukan tindakan kanibalisme. Dalam kasus ini, ia mengonsumsi tiga mayat dari lokasi berbeda, yaitu Lampung dan Purbalingga. Kejadian ini terungkap setelah polisi menyelidiki hilangnya mayat seorang wanita berusia 81 tahun hanya beberapa jam setelah penguburannya. Akibatnya, Sumanto ditangkap pada 13 Januari 2003 dan didakwa melakukan pencurian dengan pemberatan berdasarkan Pasal 363 KUHP. Ia dijatuhi hukuman lima tahun penjara pada 27 Juni 2003.
Ia dibebaskan lebih awal karena perilaku baik selama menjalani hukuman. Setelah bebas, ia dibawa ke panti rehabilitasi An-Nur di Bungkanel, Karanganyar, Purbalingga, karena keluarga dan desanya tidak mau menerimanya kembali. Terakhir kali terlihat menerima suntikan vaksinasi pada tahun 2021 di sebuah klinik kesehatan.
Kehidupan Awal Sumanto
Sumanto adalah anak sulung dari lima bersaudara. Masa kecilnya cukup berkecukupan karena warisan yang diperoleh ayahnya dari kakek dan neneknya. Ia menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Pelumutan 1 dan dikenal dengan nama Suman oleh teman-temannya. Sifatnya sebagai "anak badung" mulai terlihat sejak masa kecil, meskipun ia tetap bisa lulus sekolah dasar.
Niatnya untuk masuk ke SMP Negeri 1 Kemangkon terhalang karena nilai EBTANAS murni (NEM) yang diraihnya tidak cukup. Akhirnya, ia mengulang kelas 6 di SD Negeri Pelumutan 2 dan lulus setahun kemudian. Ia diterima di SMP pilihannya, yang berjarak 3 kilometer dari rumah. Setiap hari, ia harus berjalan kaki pulang-pergi. Aktivitas setelah sekolah adalah menggembala kambing dan mencari rumput, sementara sore harinya belajar ilmu agama di masjid sekitar rumahnya.
Malam hari dihabiskannya dengan menonton layar tancap atau pementasan wayang. Periode ini juga ditandai dengan kesulitan ekonomi yang melanda keluarganya. Akibatnya, perabotan rumah tangga mereka satu per satu dijual demi memenuhi kebutuhan hidup. Saat duduk di kelas 3 SMP, Sumanto putus sekolah karena beberapa alasan tertentu.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!