
Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS, Didorong oleh Kondisi Pasar Global
Nilai tukar rupiah mengalami penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari Senin (29/9). Di pasar spot, rupiah menguat sebesar 0,35% dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya, dengan posisi tukar mencapai Rp 16.680 per dolar AS. Berdasarkan data Jisdor Bank Indonesia (BI), rupiah juga menguat sebesar 0,56% ke level yang sama.
Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa penguatan rupiah terjadi karena melemahnya dolar AS. Hal ini dipengaruhi oleh data inflasi PCE AS yang sesuai dengan ekspektasi dan sentimen konsumen AS yang lebih lemah dari perkiraan. Selain itu, kekhawatiran akan shutdown pemerintah AS turut memberikan tekanan terhadap dolar AS.
Lukman menambahkan bahwa komitmen pemerintah untuk bekerja sama dengan BI dalam menjaga stabilitas rupiah juga menjadi faktor pendukung. Meski sentimen negatif masih memengaruhi dolar AS, investor cenderung bersikap wait and see, menantikan data pekerjaan AS khususnya Non-Farm Payroll (NFP) pekan ini.
Ia memperkirakan bahwa rupiah akan berkonsolidasi dengan potensi penguatan terbatas di rentang antara Rp 16.600 hingga Rp 16.750 per dolar AS.
Tindakan BI dalam Menjaga Stabilitas Rupiah
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, menyampaikan bahwa Bank Indonesia (BI) telah menggunakan seluruh instrumen stabilisasi nilai tukar. Termasuk intervensi di pasar spot, Non Deliverable Forward (NDF) onshore atau offshore, serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN). Namun, meskipun demikian, rupiah masih mengalami pelemahan lebih dari 3 persen secara year-to-date, dengan nilai tukar mendekati Rp 16.800 per dolar AS.
Ibrahim menekankan pentingnya konsistensi sinyal kebijakan fiskal dan moneter dalam menjaga stabilitas rupiah di tengah penguatan dolar AS dan gejolak pasar global. Meskipun instrumen BI dan pemerintah sudah cukup memadai, koordinasi dan komunikasi perlu diperkuat agar ekspektasi pasar tetap terkendali.
Potensi Shutdown Pemerintah AS dan Dampaknya
Selain itu, Ibrahim menyebutkan bahwa pasar sedang bersiap menghadapi potensi shutdown pemerintah AS minggu ini. Proses negosiasi bipartisan mengenai RUU pendanaan masih berlangsung, namun upaya tersebut dinilai biasa-biasa saja.
Dana pendanaan untuk operasi federal AS akan berakhir pada tengah malam tanggal 30 September, karena Kongres belum memiliki dana pengganti atau perpanjangan. Partai Republik mendorong RUU pendanaan sementara hingga November, sementara Partai Demokrat menuntut pembatalan pemotongan anggaran layanan kesehatan dan Medicaid baru-baru ini sebelum RUU pendanaan lainnya disetujui.
Para pemimpin Kongres dari kedua partai dijadwalkan bertemu Presiden Donald Trump pada hari Senin untuk mediasi. Ibrahim mengatakan bahwa shutdown pemerintah dapat menunda rilis data penggajian non-pertanian utama yang akan dirilis akhir pekan ini, serta berpotensi mengganggu aktivitas ekonomi jika tidak diselesaikan dalam waktu yang lama.
Prediksi Pergerakan Rupiah Besok
Berdasarkan analisis Ibrahim, rupiah besok (30/9) diperkirakan akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat dalam rentang antara Rp 16.630 hingga Rp 16.680 per dolar AS. Prediksi ini didasarkan pada kondisi pasar global dan pergerakan dolar AS yang masih dalam proses penyesuaian.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!