
Rupiah Diproyeksikan Masih dalam Tren Pelemahan Hingga Akhir Tahun 2025
Hari ini, rupiah mengalami pergerakan stabil di pasar spot. Pada akhir perdagangan Senin (29/9/2025), rupiah ditutup pada level Rp 16.680 per dolar Amerika Serikat (AS). Dibandingkan dengan posisi akhir pekan lalu yang ada di Rp 16.738 per dolar AS, rupiah menguat sebesar 0,35%. Pergerakan ini juga terjadi di Jisdor BI, yang mencerminkan kondisi pasar secara keseluruhan.
Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menyampaikan bahwa penguatan rupiah hari ini tidak lepas dari intervensi Bank Indonesia (BI) ke pasar. Menurutnya, pertemuan antara menteri keuangan dan gubernur BI memicu tindakan BI untuk menguatkan rupiah di pasar internasional. Hal ini menunjukkan bahwa otoritas moneter sedang aktif melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar.
Selain itu, penurunan rupiah pada pekan lalu disebabkan oleh ketidakpastian pasar yang menunggu data inflasi inti AS. Setelah data tersebut dirilis dan menunjukkan angka 2,9%, sesuai ekspektasi, harapan akan penurunan suku bunga oleh The Fed di bulan Oktober mendatang meningkat. Hal ini memberikan dampak positif terhadap rupiah, meskipun secara jangka panjang, tren pelemahan masih diprediksi berlanjut.
Ibrahim memproyeksikan bahwa rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16.660 hingga Rp 16.850 per dolar AS dalam pekan ini. Namun, ia menegaskan bahwa secara keseluruhan, rupiah masih dalam tren pelemahan hingga akhir tahun 2025. Faktor utama yang memengaruhi hal ini adalah tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang semakin memanas. Kekhawatiran terhadap stabilitas global dapat memengaruhi arus modal dan nilai tukar.
Di sisi domestik, daya beli masyarakat yang masih rendah menjadi salah satu tantangan bagi pertumbuhan ekonomi. Hal ini berpotensi memberatkan pergerakan rupiah hingga akhir tahun. Selain itu, pasar juga masih menanti laporan tentang serapan suntikan dana sebesar Rp 200 triliun dari Kementerian Keuangan kepada himbara. Jika penyerapan dana tersebut mengalami hambatan, maka akan berdampak negatif terhadap pasar keuangan.
Menurut Ibrahim, rupiah bisa saja menyentuh level Rp 17.000 per dolar AS di bulan Oktober atau November nanti. Namun, proyeksi jangka panjangnya menunjukkan bahwa rupiah akan berada di kisaran Rp 16.900 per dolar AS pada akhir tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada berbagai faktor eksternal dan internal yang masih memengaruhi kondisi pasar.
Dengan situasi yang dinamis, investor dan pelaku pasar harus tetap waspada terhadap perkembangan terkini. Pergerakan rupiah tidak hanya dipengaruhi oleh kebijakan moneter, tetapi juga oleh kondisi ekonomi global dan stabilitas politik. Oleh karena itu, pemantauan terhadap indikator ekonomi dan kebijakan pemerintah sangat penting untuk memahami arah pergerakan nilai tukar rupiah.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!