
Penemuan Kontaminasi Cesium 137 dalam Produk Olahan Cengkeh
Beberapa waktu terakhir, isu kontaminasi radionuklida Cesium 137 kembali muncul setelah ditemukan dalam produk olahan cengkeh yang diekspor ke luar negeri. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terhadap kualitas dan keselamatan produk pertanian Indonesia yang selama ini menjadi komoditas utama ekspor.
Staf Ahli Menteri Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Bara Krishna Hasibuan, mengungkap bahwa pihaknya sedang melakukan investigasi mendalam terkait asal-usul kontaminasi tersebut. Menurutnya, beberapa hari terakhir, pihaknya menerima laporan dari Amerika Serikat mengenai adanya dugaan kontaminasi pada produk cengkeh yang diekspor. "Kami sedang memastikan sumber kontaminasi tersebut," ujarnya seusai rapat koordinasi di Jakarta.
Bara menjelaskan bahwa pemerintah telah mengambil langkah-langkah cepat untuk melokalisasi sumber masalah. Saat ini, kawasan industri modern Cikande telah dinyatakan sebagai daerah dengan status serious incident. Meski demikian, ia belum bersedia mengungkap lokasi pasti penemuan cengkeh terkontaminasi karena masih dalam proses penyelidikan.
Menurut informasi yang beredar, ada dugaan bahwa pabrik pengolahan cengkeh yang terkontaminasi berasal dari kawasan Jawa Timur. "Kami sedang melakukan pencarian dan pelacakan terhadap sumbernya," tambah Bara.
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan atau yang akrab disapa Zulhas, juga menyatakan bahwa pihaknya masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait kontaminasi Cesium 137 pada produk cengkeh lokal. "Ini masih dalam proses investigasi," ujarnya.
Isu kontaminasi Cesium 137 awalnya muncul setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat menolak pengiriman udang beku dari Indonesia. Menurut laporan badan tersebut, kontainer pengangkut udang beku terdeteksi terkontaminasi saat tiba di pelabuhan Los Angeles, Houston, Savannah, dan Miami pada pekan kedua Agustus 2025. Namun setelah dilakukan investigasi oleh pemerintah Indonesia, dapat dipastikan bahwa kontaminasi tidak berasal dari produk udang dalam negeri.
Zulhas menjelaskan bahwa kontaminasi pada udang beku PT Bahari Makmur Sejati (BMT) terjadi karena lokasinya yang dekat dengan pabrik pengolahan baja PT Metal Technology Indonesia (PMT). Berdasarkan hasil investigasi, pabrik PT PMT diduga menjadi sumber radiasi Cesium 137 akibat proses peleburan baja yang dilakukannya.
Selain itu, Ketua Umum Partai Amanat Nasional ini menyebut bahwa PT PMT menggunakan bahan baku peleburan baja dari Filipina. Ia menduga bahwa bijih besi, sekrup, dan barang sejenis yang diimpor perusahaan tersebut mengandung Cesium 137. Dari sana, kontaminasi menyebar hingga ke pabrik pengolahan udang beku PT BMS.
Tindakan Pemerintah untuk Mengatasi Masalah Ini
Pemerintah telah mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi masalah ini. Selain menetapkan status serious incident di Kawasan Industri Modern Cikande, pihaknya juga membatasi aktivitas produksi sementara di kawasan tersebut. Langkah ini dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada risiko lebih lanjut terhadap kesehatan masyarakat dan keamanan produk.
Dalam upaya mengantisipasi kemungkinan terjadinya kontaminasi pada komoditas lain, pemerintah akan terus melakukan pemantauan dan pengujian terhadap produk-produk pertanian dan perikanan yang diekspor. Tujuannya adalah untuk menjaga reputasi Indonesia sebagai produsen produk berkualitas dan aman.
Peran Lembaga Terkait dalam Penyelidikan
Selain pemerintah, lembaga-lembaga terkait seperti Badan Pengawas Nuklir dan instansi pemeriksa mutu produk juga turut serta dalam penyelidikan. Mereka akan membantu memastikan bahwa semua proses produksi dan pengolahan dilakukan secara aman dan sesuai standar internasional.
Dengan adanya kasus ini, diharapkan seluruh pelaku usaha bisa lebih waspada dan meningkatkan kualitas produk mereka agar tidak terkena dampak serupa. Pemerintah juga akan terus memberikan arahan dan bimbingan kepada para pelaku usaha untuk memastikan keamanan dan kualitas produk yang dihasilkan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!