Semester II 2025, Telkom Kembangkan Pendapatan via B2B dan Data Center

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Kinerja Keuangan Telkom di Tengah Tantangan Ekonomi

PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk berhasil mencatatkan kinerja yang solid meskipun menghadapi tantangan ekonomi sepanjang kuartal II 2025. Perusahaan mampu membukukan pendapatan konsolidasi senilai Rp73 triliun, dengan EBITDA mencapai Rp36,1 triliun dan margin EBITDA sebesar 49,5 persen. Laba bersih yang diraih juga mencapai angka Rp11 triliun, dengan margin sebesar 15 persen.

Salah satu segmen utama yang menjadi tulang punggung pendapatan Telkom adalah data, internet, dan layanan IT, yang memberikan kontribusi sebesar Rp42,5 triliun. Meskipun kompetisi di pasar semakin ketat dan daya beli masyarakat sedikit menurun, Telkom tetap mempertahankan posisinya sebagai pemain dominan di pasar digital Indonesia berkat infrastruktur jaringan yang luas serta basis pengguna terbesar di negara ini.

Menurut Analis Mandiri Sekuritas, Henry Tedja, kekuatan Telkom terletak pada anak usahanya yang bergerak di sektor infrastruktur digital. Ia menyatakan bahwa bisnis-bisnis tersebut memiliki potensi untuk memberikan peningkatan kontribusi pendapatan dan laba bagi perusahaan di masa depan. Menurutnya, infrastruktur digital yang dimaksud meliputi bisnis pusat data, jaringan telekomunikasi baik last-mile maupun backbone, serta jaringan kabel bawah laut yang menghubungkan Indonesia ke negara-negara lain.

Aset dan kapabilitas tersebut membuat Telkom mampu menarik investasi dari pelaku lokal maupun global. Selain itu, pergeseran fokus Telkom ke segmen B2B dinilai sangat tepat, mengingat pasar B2C yang selama ini digarap oleh Telkomsel mulai menunjukkan tanda-tanda kematangan. Henry menjelaskan bahwa pertumbuhan bisnis B2C hanya bisa mencapai kisaran low-to-mid single digit growth, sementara potensi pertumbuhan di segmen B2B jauh lebih besar.

Beberapa faktor yang menjadi pendorong pertumbuhan segmen B2B antara lain pembangunan masif data center di Indonesia, meningkatnya kebutuhan akan keamanan siber, serta proses digitalisasi bisnis untuk efisiensi operasional. Faktor-faktor ini, menurut Henry, dapat membawa Telkom mencatat pertumbuhan pendapatan di level mid-to-high single digit growth rate.

Tidak hanya di segmen enterprise, Henry juga menilai bisnis menara, cloud, wholesale, dan internasional memiliki potensi kontribusi positif. Namun, kontribusi terbesar Telkom ke depan diperkirakan tidak lagi datang dari segmen consumer seperti Telkomsel. Menurutnya, bisnis mobile Telkomsel sudah mulai matang, sehingga pertumbuhan Telkomsel hanya akan bertumpu pada peningkatan penetrasi fixed broadband.

Ia menambahkan bahwa jika Telkom melakukan konsolidasi aset dan membuka akses infrastruktur ke pihak luar, maka pertumbuhan pendapatan akan lebih optimal. Hal ini juga akan membantu mengoptimalkan asset return dalam jangka panjang.