Sentimen Negatif PMI Manufaktur Tekan Saham Otomotif, Ini Saran Analis

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Indeks PMI Manufaktur Indonesia Mengalami Perlambatan

Pada bulan September 2025, geliat sektor manufaktur di Indonesia mencatatkan ekspansi yang cukup tipis. Berdasarkan data yang dirilis oleh S&P Global, Indeks Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur untuk periode tersebut berada pada level 50,4. Angka ini menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang berada di posisi 51,5.

Managing Director Research & Digital Production dari Samuel Sekuritas Indonesia, Harry Su, mengungkapkan bahwa penurunan PMI manufaktur ke garis batas menuju kontraksi menjadi indikator yang kurang menggembirakan bagi industri manufaktur, termasuk sektor otomotif. Pelemahan indeks ini menandai adanya ketidakpercayaan para pelaku industri terhadap kondisi ekonomi di masa depan.

"Melambatnya penjualan mobil hingga Agustus juga sudah menjadi bukti penurunan kinerja sektor tersebut pada tahun ini," ujar Harry dalam wawancaranya dengan media berita.

Harry menjelaskan bahwa emiten seperti PT Astra International Tbk (ASII), PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), dan PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) tentu akan terpengaruh oleh melemahnya ekonomi karena ketiga perusahaan tersebut memiliki bisnis manufaktur. Ia menilai strategi terbaik saat ini adalah bersikap wait and see terhadap saham otomotif jika mempertimbangkan turunnya PMI manufaktur saat ini.

Pelaku pasar dapat melirik saham otomotif seperti ASII, AUTO, dan DRMA ketika perekonomian serta PMI manufaktur sudah berada di titik terendah dan berbalik menguat ke fase ekspansif. Oleh karena itu, Harry memberikan rekomendasi hold untuk sektor otomotif. Pertimbangannya adalah pelemahan ekonomi sepanjang tahun ini ditambah dengan perlambatan pertumbuhan GDP berpotensi menekan permintaan kendaraan. Hal ini bisa memengaruhi volume produksi, baik unit mobil maupun komponen, demi menghindari penumpukan stok yang sering berujung pada diskon besar-besaran.

Selain itu, investor juga perlu mencermati berbagai kebijakan pemerintah ke depannya seperti kebijakan Menteri Keuangan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta wacana insentif untuk Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) yang mana akan membantu mendorong permintaan akan kendaraan.

Kondisi Lesu Data PMI Manufaktur

Dihubungi terpisah, Retail Equity Analyst dari PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus, berpendapat bahwa kondisi lesu data PMI manufaktur menunjukkan adanya tekanan pada emiten manufaktur. Sebab, terjadi ketidakseimbangan antara supply dan demand yang tentunya akan memberatkan perusahaan.

"Lemahnya permintaan pasar atas barang setengah jadi berpotensi menyebabkan biaya perusahaan menjadi besar dan margin perusahaan tertekan," ujar Indri dalam wawancaranya dengan media berita.

Indri juga menjelaskan bahwa data manufaktur dipengaruhi oleh banyak faktor dan memiliki dampak yang cukup luas namun tidak begitu signifikan. Dus, tidak semua emiten manufaktur sensitif hanya karena data manufaktur itu sendiri, bisa juga dipengaruhi oleh faktor permintaan dari masing-masing segmentasi output yang dihasilkan.

"Saat ini, kecenderungan para pelaku pasar adalah memanfaatkan momentum berdasarkan sentimen dari masing-masing emiten seperti aksi korporasi perusahaan maupun dari sisi momentum pasar berdasarkan pergerakan harga secara teknikal," tambah Indri.