Sumber Daya J Asia Pasifik (PSAB) Akan Lepas Tambang Emas Doup, Ini Prospeknya

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Perusahaan Tambang Emas PSAB Akan Melepas Aset Tambang Doup

PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) akan melakukan aksi korporasi berupa divestasi aset. Dalam rencana tersebut, perusahaan akan melepas tambang emas Doup kepada anak usaha PT United Tractors Tbk (UNTR). Langkah ini menarik perhatian Bursa Efek Indonesia (BEI), mengingat besarnya nilai aset dari PT Arafura Surya Alam (ASA) yang menjadi anak usaha PSAB dan mengelola tambang emas tersebut.

Sebelumnya, PSAB bersama UNTR telah menyatakan rencana akuisisi Tambang Emas Doup dengan nilai transaksi sebesar US$ 540 juta atau sekitar Rp 8,85 triliun. Dalam transaksi tersebut, PT Danusa Tambang Nusantara (DTN), anak usaha UNTR, menandatangani Perjanjian Jual Beli Bersyarat dengan PT J Resources Nusantara (JRN) yang mencakup pembelian 99,99996% saham ASA.

Selain itu, anak usaha UNTR lainnya, yaitu PT Energia Prima Nusantara (EPN), juga menandatangani perjanjian terkait Jimmy Budiarto, Komisaris PSAB. EPN akan membeli 0,00004% saham ASA serta 0,2% saham PT Mulia Bumi Persada (MBP) yang dimiliki Jimmy Budiarto. MBP merupakan perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh ASA dan Jimmy.

Dalam keterbukaan informasi terbaru, BEI mempertanyakan total aset ASA yang mencapai US$ 213,21 juta (sebelum eliminasi) atau hampir 25% dari total aset PSAB sebesar US$ 853,72 juta per 30 Juni 2025. Nilai aset ASA dinilai jauh lebih besar dibandingkan entitas anak PSAB lainnya, seperti PT Mulia Bumi Persada (MBP) dan PT Mulia Bumi Seruyung (MBS), sehingga BEI meminta penjelasan terkait rencana bisnis PSAB di masa depan.

Manajemen PSAB menjelaskan bahwa ASA merupakan pemegang saham langsung dari MBP dengan kepemilikan 99,98%. Namun, ASA tidak memiliki kepemilikan saham di MBS, baik secara langsung maupun tidak langsung. Saat ini, ASA sedang dalam tahap konstruksi pembangunan tambang emas, sedangkan MBP dan MBS belum memiliki izin pertambangan.

PSAB menganggap pelepasan ASA tidak akan berdampak pada operasional perusahaan. Dengan pelepasan tersebut, PSAB akan fokus pada tambang-tambang yang sudah berproduksi. Meskipun demikian, perusahaan tetap terbuka terhadap setiap peluang usaha baru.

Saat ini, PSAB mengoperasikan dua tambang utama, yaitu Proyek Bakan di Sulawesi Utara dan Proyek Penjom di Pahang, Malaysia. Pada 2024, produksi emas PSAB secara konsolidasi tumbuh 7,4% year on year (yoy) menjadi 100.600 ons troi.

Analis Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi menyatakan bahwa dengan besarnya aset yang dimiliki ASA, penjualan saham perusahaan tersebut akan mengurangi porsi cadangan dan sumber daya emas yang dikantongi PSAB. Akibatnya, PSAB hanya bisa bertumpu pada produksi emas dari Tambang Bakan dan Penjom, yang kontribusinya kemungkinan lebih kecil dibandingkan Tambang Emas Doup jika sudah beroperasi.

Di sisi lain, akuisisi tersebut memberikan dana segar senilai US$ 540 juta yang dapat digunakan untuk membayar utang dan memperbaiki struktur neraca keuangan. “Jadi, arus kas dan balance sheet jadi lebih sehat, tapi basis produksi jangka panjang berkurang,” ujar dia.

Meski demikian, dengan mengandalkan tambang emas Bakan dan Penjom, PSAB tetap berpeluang mencetak kinerja cemerlang, terutama dengan tren harga emas yang sedang dalam fase bullish. Namun, tantangannya ada pada biaya produksi PSAB yang relatif tinggi, sehingga efek kenaikan harga emas yang dirasakan oleh perusahaan tidak sebesar pemain global yang lebih efisien.

Investor akan menunggu kepastian strategi PSAB pasca-divestasi ASA, apakah akan ekspansi ke aset baru atau lebih fokus ke perbaikan balance sheet. Muhammad Wafi merekomendasikan trading buy saham PSAB dengan target harga di level Rp 600 per saham.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga merekomendasikan buy on weakness saham PSAB dengan support di level Rp 550 per saham dan resistance di level Rp 590 per saham, serta target harga di kisaran Rp 630—670 per saham.