Terungkap! Rekening Dormant Kasus Kacab BRI Berisi Rp70 Miliar

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Penyidik Polda Metro Jaya Mengungkap Nominal Uang dalam Rekening Dormant Terkait Kematian Kepala Cabang BRI

Penyidik dari Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya akhirnya mengungkap jumlah uang sementara yang terdapat dalam beberapa rekening dormant yang terkait dengan kasus kematian Kepala Cabang Pembantu (Kacab) BRI Cempaka Putih, Mohamad Ilham Pradipta (37). Uang tersebut direncanakan oleh para tersangka untuk dipindahkan ke rekening penampungan yang telah disiapkan.

“Saat ini kita belum tahu secara pasti, tetapi dari data yang sudah teridentifikasi, nominalnya cukup besar. Ada sekitar Rp60 hingga Rp70 miliar,” kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Wira Satya Triputra, saat memberikan keterangan di Markas Polda Metro Jaya, Selasa (23/9/2025).

Tersangka Merencanakan Pemindahan Dana dari Bank Lain

Saat ditanya apakah rekening-rekening tersebut berada di bank pelat merah, Wira tidak menyangkal. Namun, ia menyebut bahwa dana tersebut juga tersimpan di sejumlah bank lain. “Yang kemarin itu sekitar nominal tersebut, ada beberapa bank lain,” tambahnya.

Meski begitu, polisi masih enggan memerinci secara detail jumlah dan daftar bank rekening dormant tersebut. Saat ini, penyidik masih melakukan penelusuran lebih lanjut untuk memastikan keterkaitan dana besar itu dengan tindak pidana yang sedang diselidiki.

Uang dalam Rekening Dormant Belum Berpindah

Dalam kasus ini, Ilham diculik diduga untuk membobol rekening dormant. Namun, Ilham malah tewas di tangan 15 tersangka setelah dianiaya di dalam mobil dan dibuang di Bekasi.

Wira menjelaskan bahwa uang di rekening dormant yang sudah ditarget pun akhirnya gagal dipindahkan ke rekening yang sudah disiapkan tersangka. “Yang pasti belum dengan para pelaku menculik ini diharapkan bisa mendapatkan otoritasnya kepada rekening penampung. Jadi rekening dormant ke penampung belum bergeser,” jelasnya.

Data Rekening Dormant Didapat dari S

Adapun data rekening tersebut didapat Candy alias Ken dari seorang temannya berinisial S. Polisi saat ini masih mendalami sosok S tersebut. “Ini masih kami dalami dan melakukan pengejaran karena identitasnya belum jelas disampaikan,” ujarnya.

Dalam rencana ini, Ken sudah menyiapkan tim IT, namun memerlukan persetujuan kepala cabang bank yang sama dengan rekening dormant tersebut. Sehingga, Ken mengajak Dwi Hartono untuk mencari kepala cabang yang bisa diajak bekerja sama dalam rangka pemindahan uang tersebut.

Keluarga Kepala Cabang BRI Minta Polisi Terapkan Pasal Pembunuhan Berencana

Istri dan dua anak Kepala Cabang BRI, Mohamad Ilham Pradipta, telah mengajukan permohonan perlindungan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Mereka meminta pihak kepolisian untuk menerapkan pasal pembunuhan berencana dalam proses penyidikan kasus ini.

Selain itu, keluarga korban juga menuntut agar penyidik dapat mengungkap seluruh fakta terkait kematian Ilham. Mereka menilai bahwa peristiwa ini bukanlah sekadar tindakan kriminal biasa, melainkan sebuah tindakan yang direncanakan secara matang oleh para pelaku.

Peran IT dalam Rencana Pembobolan Rekening

Dalam rencana pembobolan rekening dormant, tim IT yang disiapkan oleh Ken berperan penting. Tim ini bertugas untuk mengakses sistem perbankan dan memfasilitasi pemindahan dana. Namun, tanpa izin dari kepala cabang bank, rencana tersebut tidak bisa dilakukan.

Oleh karena itu, Ken memilih untuk mengajak Dwi Hartono, seorang yang memiliki hubungan dengan pihak bank, untuk membantu mengakses informasi dan persetujuan yang diperlukan. Hal ini menunjukkan bahwa kasus ini melibatkan banyak pihak dan memiliki struktur organisasi yang cukup kompleks.