
Proyek Smelter Nikel PT Vale Indonesia Tbk: Tiga Pabrik HPAL Siap Diresmikan
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sedang mengembangkan tiga proyek pabrik smelter nikel berbasis teknologi high-pressure acid leaching (HPAL) yang akan selesai pada tahun 2026 dan 2027. Ketiga pabrik tersebut terletak di tiga lokasi strategis di Indonesia, yaitu di Indonesia Growth Project (IGP) Morowali di Sulawesi Tengah, Pomala di Sulawesi Tenggara, dan Sorowako di Sulawesi Selatan. Proyek ini menjadi bagian dari rencana perusahaan untuk meningkatkan kapasitas produksi nikel secara signifikan.
Direktur Utama PT Vale Indonesia Tbk, Bernardus Irmanto, menjelaskan bahwa proyek IGP Pomala merupakan pabrik HPAL dengan pembangunan tercepat. Menurutnya, saat ini hanya tinggal menunggu pengiriman autoklaf dan pelabuhan IPIP sebelum proses konstruksi dapat dilanjutkan. “Saat ini tambang sedang dikonstruksi dan pembangunan HPAL sudah dimulai,” ujarnya saat menghadiri rapat dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta.
Proyek Pomala melibatkan sekitar 6.200 pekerja yang fokus pada penyelesaian berbagai infrastruktur pendukung seperti jalan tambang, stockpile, dan kolam sedimentasi. Investasi yang dialokasikan untuk proyek ini mencapai US$ 4,6 miliar atau setara dengan Rp 76,7 triliun. Direncanakan, pabrik ini akan selesai pada tahun 2026.
Sementara itu, IGP Morowali telah berhasil mengirimkan 2,2 juta ton bijih nikel saprolit pertama pada 26 Juli 2025. Pengiriman ini mendapatkan persetujuan dari Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Blok Bahodopi. Dalam hal kemitraan, Bernardus menyatakan bahwa izin dan lisensi masih dalam proses, namun rencana pengelolaan lingkungan untuk PT Bahodopi Smelter Nickel Indonesia (BNSI) telah diterbitkan.
Proyek IGP Morowali melibatkan sekitar 4.700 pekerja dengan nilai investasi sebesar US$ 2 miliar atau sekitar Rp 33,3 triliun. Pabrik HPAL di sini direncanakan selesai pada 2026 atau 2027.
Di sisi lain, IGP Sorowako juga tengah dalam tahap pengembangan. Pabrik ini akan selesai pada tahun 2027. Vale Indonesia telah memiliki addendum analisis dampak lingkungan yang memungkinkan perusahaan untuk mulai membangun infrastruktur. Saat ini, perusahaan sedang fokus pada pengurusan izin utama, akuisisi lahan, serta finalisasi perjanjian fasilitas bersama.
Dengan melibatkan sekitar 1.000 pekerja, investasi di IGP Sorowako mencapai US$ 2,2 miliar atau setara dengan Rp 36,6 triliun. Konstruksi infrastruktur seperti area penyimpanan dan gedung laboratorium MRAL terus berlangsung.
Progres Konstruksi dan Persiapan Infrastruktur
Seluruh proyek pabrik HPAL yang dikerjakan oleh Vale Indonesia Tbk menunjukkan kemajuan pesat. Berbagai infrastruktur pendukung seperti jalan tambang, sistem penyimpanan bijih, dan fasilitas laboratorium telah dibangun. Hal ini menunjukkan komitmen perusahaan dalam memenuhi target penyelesaian proyek sesuai rencana.
Kemajuan ini juga didukung oleh ketersediaan tenaga kerja yang cukup besar, baik untuk proyek Pomala maupun Morowali dan Sorowako. Dengan jumlah pekerja yang bervariasi antara 1.000 hingga 6.200 orang, perusahaan memastikan bahwa semua aspek konstruksi berjalan lancar.
Investasi yang dialokasikan untuk ketiga proyek ini mencerminkan besarnya komitmen Vale Indonesia Tbk dalam pengembangan industri nikel di Indonesia. Dengan total investasi mencapai puluhan triliun rupiah, proyek ini diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi daerah dan masyarakat sekitar.
Target Penyelesaian dan Manfaat Ekonomi
Seluruh proyek smelter nikel yang dikerjakan oleh Vale Indonesia Tbk memiliki target penyelesaian pada tahun 2026 dan 2027. Setelah selesai, pabrik-pabrik ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas produksi nikel secara signifikan. Hal ini akan berdampak positif terhadap perekonomian nasional, termasuk dalam hal ekspor dan penciptaan lapangan kerja.
Dengan adanya proyek-proyek ini, Vale Indonesia Tbk tidak hanya berkontribusi dalam sektor pertambangan, tetapi juga dalam pengembangan infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Dengan demikian, proyek smelter nikel berbasis teknologi HPAL menjadi salah satu inisiatif penting dalam memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen nikel terbesar di dunia.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!