Uni Eropa Kembali Impor Daging Ayam Brasil Setelah Wabah Flu Burung

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Uni Eropa Kembali Impor Daging Ayam Brasil Setelah Wabah Flu Burung

Pembukaan Pasar Impor Daging Ayam Brasil ke Uni Eropa

Uni Eropa akan kembali membuka pasar impor daging ayam dari Brasil, mulai Selasa (23/9/2025). Keputusan ini diambil setelah larangan impor yang berlaku sejak Mei 2025 akibat wabah flu burung di wilayah Rio Grande do Sul. Sebagian besar wilayah Brasil sudah dapat langsung mengekspor daging ayam ke Uni Eropa, kecuali daerah Rio Grande do Sul. Wilayah tersebut baru bisa melakukan ekspor pada 2 Oktober 2025, seperti yang diumumkan oleh Kementerian Pertanian Brasil pada Senin (22/9/2025).

Fase Pembukaan Pasar Impor dari Brasil

Kementerian Pertanian Brasil menyatakan bahwa Uni Eropa akan melonggarkan larangan impor yang diberlakukan sejak wabah flu burung ditemukan di Rio Grande do Sul pada Mei 2025. Larangan ini diambil setelah adanya kasus flu burung di peternakan komersial di Montenegro, Rio Grande do Sul.

Sebagian besar wilayah Brasil, kecuali Rio Grande do Sul, telah diizinkan mengirim daging ayam secara langsung ke Uni Eropa sejak Selasa (23/9/2025). Sementara itu, wilayah Rio Grande do Sul baru akan diizinkan untuk melakukan ekspor pada 2 Oktober 2025. Menteri Pertanian Brasil, Carlos Fávaro, menyambut baik langkah Uni Eropa yang menunjukkan kepercayaan pada protokol kesehatan hewan Brasil.

Pengakuan Bebas Flu Burung oleh Uni Eropa

Dalam konferensi video pada Kamis (4/9/2025), Menteri Pertanian Brasil dan Komisaris Kesehatan Hewan Uni Eropa, Oliver Varhelyi, bertemu untuk membahas status flu burung di Brasil. Uni Eropa secara resmi mengakui Brasil sebagai bebas dari flu burung setelah laporan tidak adanya kasus baru selama 28 hari berturut-turut serta penerapan protokol disinfeksi ketat.

Varhelyi menyatakan bahwa data yang disampaikan oleh kementerian sudah cukup untuk mengakui Brasil bebas dari flu burung. Pengakuan ini menjadi dasar penting bagi Uni Eropa untuk memulai pembicaraan mengenai pencabutan larangan ekspor dan pembukaan pasar secara bertahap.

Dampak Ekonomi dan Perkembangan Negosiasi Perdagangan

Pada periode Januari hingga Juni 2025, pengiriman daging ayam Brasil ke Uni Eropa mencapai 125.300 metrik ton dengan nilai sekitar 386,3 juta dolar AS (Rp6,4 triliun), meskipun masih ada larangan impor sebagian wilayah akibat wabah flu burung yang menimbulkan pembatasan.

Pengumuman pembukaan kembali pasar ini diharapkan dapat memperbaiki rantai pasok serta menstabilkan harga untuk eksportir Brasil. Namun, beberapa negara besar pengimpor seperti China masih memberlakukan pembatasan. Menteri Fávaro optimis keputusan Uni Eropa bisa menjadi contoh bagi negara-negara lain untuk mencabut larangan mereka.

"Keputusan Uni Eropa membuka jalan bagi penguatan hubungan dagang dan diplomasi sanitasi yang lebih baik," ujarnya dalam sebuah pernyataan resmi.

Perkembangan Ekspor Indonesia ke Uni Eropa

Selain situasi Brasil, terdapat perkembangan lain terkait perdagangan antara Indonesia dan Uni Eropa. Diperkirakan, ekspor Indonesia ke Uni Eropa akan meningkat hingga 60 persen. Hal ini menjadi bagian dari sejarah baru dalam hubungan dagang antara kedua pihak, yang kini dikenakan tarif 0 persen.

Namun, tantangan tetap ada, termasuk dalam bentuk tarif yang diterapkan oleh Amerika Serikat. Tantangan ini membuat NATO dan Uni Eropa kesulitan dalam menerapkan kebijakan tarif yang sama.