
Pernyataan Blak-Blakan Tom Barrack Mengenai Kondisi di Timur Tengah
Tom Barrack, yang pernah menjabat sebagai utusan khusus Amerika Serikat untuk Suriah dan duta besar AS untuk Turki, memberikan sejumlah pernyataan yang cukup tajam terkait situasi di kawasan Timur Tengah. Dalam wawancara dengan media Uni Emirat Arab, the National, ia menyampaikan pandangan yang menggambarkan perdamaian di kawasan tersebut sebagai “ilusi”.
Dalam percakapan berdurasi 23 menit dengan jurnalis Hadley Gamble, Barrack menyoroti beberapa isu penting. Salah satunya adalah dugaan bahwa Israel menjadi pelaku serangan terhadap kapal-kapal Armada Sumud Global di Tunisia. Ia menyatakan hal ini secara langsung dalam wawancara tersebut, meskipun tidak memberikan bukti konkret.
Selain itu, Barrack juga mengkritik serangan Israel terhadap Qatar awal bulan ini. Menurutnya, tindakan tersebut tidak layak dilakukan. Ia juga menyebut bahwa kelompok-kelompok seperti Hamas dan Taliban berada di Doha atas permintaan pihak Amerika Serikat.
Peran Israel dalam Konflik Regional
Dalam bagian wawancara yang membahas situasi di Lebanon, Barrack ditanya tentang insentif bagi Hizbullah untuk melucuti senjatanya. Ia menjawab dengan singkat: “Nol besar”. Menurutnya, masalah utamanya adalah bahwa Israel sering kali menyerang negara-negara tetangga.
Ia merujuk pada serangan Israel terhadap Suriah sejak pemerintahan Bashar al-Assad jatuh pada bulan Desember. Selain itu, ia juga menyebut pelanggaran gencatan senjata yang disetujui Israel di Lebanon pada bulan November, yang terjadi hampir setiap hari.
Sementara itu, di Tunisia, belum ada serangan Israel yang secara terbuka dilaporkan tahun ini. Satu-satunya insiden yang tercatat adalah serangan pesawat tak berawak terhadap Global Sumud Flotilla, yang sedang mencoba mendobrak blokade Gaza. Meskipun demikian, Israel belum mengakui tanggung jawab atas serangan tersebut.
Serangan Terhadap Kapal Armada Sumud Global
Dua kapal dari armada tersebut dilaporkan menjadi sasaran serangan drone pada 9 dan 10 September lalu saat berlabuh di pelabuhan Sidi Bou Said di Tunis. Serangan pertama menargetkan kapal Family yang berbendera Portugal dan diawaki oleh aktivis ternama seperti Greta Thunberg dan Yasemin Acar. Serangan kedua menyerang kapal Alma yang berbendera Inggris.
Pihak keamanan Tunisia awalnya menyatakan bahwa insiden pertama bukanlah serangan drone, melainkan kebakaran akibat puntung rokok. Namun, kesaksian awak kapal dan rekaman video menyangkal klaim tersebut.
Penyelidikan dan Keterlibatan Negara Lain
Wartawan di Tunisia kemudian melaporkan bahwa sumber-sumber lokal mengungkapkan bahwa serangan tersebut dikoordinasikan dari dua negara, yaitu Malta dan Siprus. Meskipun belum bisa memastikan dalangnya, salah satu serangan disebut dimulai dari pangkalan militer Amerika Serikat di Ciprus.
Pasukan AS mulai mengoperasikan pangkalan tersebut pada Januari 2025. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang peran aktif Amerika Serikat dalam konflik regional dan potensi keterlibatannya dalam serangan-serangan yang terjadi di kawasan.
Kesimpulan
Pernyataan Barrack menggariskan tantangan yang dihadapi kawasan Timur Tengah dalam upaya menciptakan stabilitas dan perdamaian. Dengan adanya dugaan keterlibatan Israel dalam serangan terhadap kapal-kapal armada, serta keterlibatan negara-negara lain, situasi semakin kompleks. Masyarakat internasional tetap mengawasi perkembangan ini dengan harapan dapat menemukan solusi yang lebih stabil dan berkelanjutan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!