Vivo dan APR Batal Dapatkan BBM Impor dari Pertamina

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Penyebab Batalnya Kesepakatan Pertamina dengan SPBU Swasta

Wakil Direktur Pertamina Patra Niaga, Achmad Muchtasyar, mengungkapkan bahwa PT Vivo Energy Indonesia membatalkan rencana untuk menyerap base fuel yang diimpor oleh Pertamina. Informasi ini disampaikan dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XII DPR, Direktorat Jenderal Migas, dan perwakilan badan usaha SPBU swasta pada Rabu, 1 Oktober 2025.

Sebelumnya, ada dua perusahaan SPBU swasta yang menyatakan minat untuk membeli base fuel dari Pertamina, yaitu Vivo dan APR (joint venture BP-AKR). Kesepakatan awal sempat tercapai pada Jumat, 26 September 2025. Namun, setelah dilakukan uji coba terhadap produk, keduanya memutuskan untuk membatalkan kerja sama. "Sebelum jam 6 sore kemarin, AKR sudah menyatakan tidak melanjutkan. Lalu, setelah diskusi lebih lanjut, Vivo juga membatalkan pada pukul 19.40 WIB. APR pun akhirnya tidak melanjutkan," jelas Achmad.

Alasan Utama Pembatalan Kesepakatan

Achmad menjelaskan bahwa alasan utama batalnya kesepakatan adalah kandungan etanol dalam base fuel yang diimpor Pertamina. Berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap kargo dari MT Sakura, ditemukan kandungan etanol sebesar 3,5 persen. Meskipun angka tersebut masih di bawah batas maksimal 20 persen yang diperbolehkan regulasi, keberadaan etanol tetap membuat SPBU swasta enggan melanjutkan pembelian. Sampai saat ini, belum ada satu pun SPBU swasta yang menyerap base fuel Pertamina.

"Teman-teman SPBU swasta menyampaikan siap bernegosiasi untuk kargo berikutnya, asalkan kontennya sesuai spesifikasi masing-masing merek. Karena beda merek, beda spesifikasi," tambah Achmad.

Aspek Teknis dan Komersial yang Dibahas

Selain isu kandungan etanol, Pertamina juga membahas sejumlah aspek teknis dan komersial dengan SPBU swasta, antara lain skema transaksi, jumlah base fuel yang dibutuhkan, serta skema komersial dengan pola cost plus fee. Sebelumnya, Pertamina Patra Niaga sempat menyampaikan bahwa Vivo sepakat melakukan proses business to business (B2B) dengan Pertamina. Dari total 100 ribu barel kargo impor yang ditawarkan, Vivo awalnya berencana menyerap 40 ribu barel untuk melayani konsumennya.

Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth MV Dumatubun, bahkan sempat mengapresiasi kesepakatan awal dengan Vivo. "Kami menyambut baik semangat kolaborasi ini. Kebijakan ini bukan sekadar soal impor BBM, melainkan tentang bagaimana semua pihak bekerja sama memastikan energi tersedia dan masyarakat dapat terlayani dengan baik," kata dia melalui keterangan tertulis, Jumat, 26 September 2025.

Skema Importasi Base Fuel oleh Pertamina

Skema importasi base fuel oleh Pertamina merupakan salah satu kesepakatan yang dicapai antara Kementerian ESDM, badan usaha swasta, dan Pertamina untuk mengatasi kelangkaan BBM di pom bensin milik swasta. Kesepakatan itu diumumkan oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia setelah menggelar pertemuan dengan perwakilan badan usaha swasta pada Jumat, 19 September 2025.

Dari hasil pertemuan tersebut, Bahlil menyatakan bahwa Pertamina sepakat menjual produk base fuel atau bahan baku BBM yang belum dicampur kepada SPBU swasta. "Artinya yang disalurkan belum dicampur-campur. Jadi dicampurnya di masing-masing tangki milik SPBU. Ini sudah disetujui, ini solusinya," jelas Bahlil.

Empat Poin Utama Kesepakatan

Bahlil menjelaskan, terdapat empat poin utama hasil kesepakatan antara pemerintah, Pertamina, dan SPBU swasta. Pertama, SPBU swasta wajib membeli pasokan dari Pertamina dengan skema base fuel. Kedua, untuk menjamin mutu, akan dilakukan pemeriksaan bersama sebelum pengiriman oleh surveyor yang disepakati kedua belah pihak. Ketiga, Bahlil menekankan mekanisme harganya harus adil. "Pertamina maupun swasta wajib membuka pembukuan agar tidak ada pihak yang dirugikan," ujarnya.

Keempat, Bahlil melanjutkan, kesepakatan ini berlaku mulai hari ini dan akan ditindaklanjuti setelah rapat teknis. Pemerintah menargetkan dalam tujuh hari ke depan pasokan BBM hasil skema ini sudah bisa masuk ke Indonesia.

Di sisi lain, Bahlil menegaskan kondisi stok BBM di Pertamina masih aman. Cadangan saat ini cukup untuk 18 hingga 21 hari. "Stok cadangan BBM itu 18 sampai 21 hari, clear. Tidak ada masalah. Jadi tidak perlu ada keraguan. Hanya memang, untuk SPBU swasta cadangannya sudah menipis," ujarnya.