Bitcoin Tetap di Atas USD 115.000, Pasar Kripto Stabil Jelang Pidato The Fed

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Tekanan Koreksi di Pasar Aset Kripto

Pasar aset kripto global sedang mengalami tekanan koreksi setelah mengalami reli yang signifikan sejak awal tahun. Pada perdagangan Selasa (19/8), kapitalisasi pasar kripto global turun sebesar USD 75 miliar, sehingga kini berada pada angka USD 3,86 triliun (sekitar Rp 62.918 triliun). Meskipun terjadi penurunan, Bitcoin (BTC) masih bertahan di atas level psikologis USD 115.000 atau sekitar Rp 1,87 miliar per keping.

Ethereum (ETH) juga mencatat pelemahan, dengan terkoreksi sebesar 3,8 persen dalam 24 jam terakhir ke posisi USD 4.322 (sekitar Rp 70,4 juta). Namun, dalam sepekan terakhir, ETH masih tumbuh sebesar 2,6 persen. Penyebab pelemahan ini tidak bisa dilihat secara individual, karena ada beberapa faktor makro yang memengaruhi kondisi pasar.

Di Amerika Serikat, para pelaku pasar sedang bersikap hati-hati menjelang Simposium Jackson Hole yang akan digelar pada Kamis pekan ini. Ketua The Fed, Jerome Powell, diprediksi akan menyampaikan arah kebijakan suku bunga berikutnya di tengah tekanan inflasi yang masih tinggi. Ketidakpastian ini membuat aset berisiko seperti kripto rentan terkoreksi.

Di sisi lain, Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) juga menunda keputusan atas tiga proposal ETF kripto, termasuk dari NYSE Arca, 21Shares, dan Bitwise. Penundaan ini memperpanjang daftar ketidakpastian regulasi yang membayangi pasar, terutama bagi investor ritel.

Langkah Berani di Asia

Sementara itu, di Asia, perusahaan konstruksi Jepang, LibWork Co., melakukan langkah berani dengan mengumumkan pembelian Bitcoin senilai 500 juta yen atau sekitar USD 3,4 juta (sekitar Rp 55,4 miliar) sebagai bagian dari strategi lindung nilai terhadap inflasi. Pembelian tersebut akan dilakukan secara bertahap dalam beberapa bulan ke depan. Langkah ini menjadi tanda penting adopsi Bitcoin sebagai aset treasury di kawasan Asia.

Menurut laporan Coindesk, institusi masih menunjukkan keyakinan terhadap masa depan kripto. Strategi Inc., misalnya, kembali membeli 430 BTC senilai lebih dari USD 49 juta. VanEck bahkan tetap memproyeksikan harga BTC bisa mencapai USD 180.000 pada akhir tahun.

Namun, minat investor ritel masih tertahan. Volume pencarian kripto memang menyentuh level tertinggi dalam empat tahun terakhir, tapi aksi beli belum seiring. Analis dari Enflux menggambarkan kondisi saat ini sebagai tarik-menarik antara keyakinan jangka panjang institusi dengan kehati-hatian jangka pendek investor ritel.

Pergerakan Teknis dan Prediksi Altcoin

Di sisi teknikal, BTC sempat menyentuh level terendah harian USD 114.993 dan tertinggi USD 117.620. Jika pasar gagal mempertahankan USD 115.000 sebagai support, koreksi bisa berlanjut ke USD 112.526 (sekitar Rp 1,84 miliar). Sebaliknya, jika mampu menembus kembali ke atas USD 117.261, target ke USD 120.000 bisa kembali dibidik.

Altcoin juga terkena dampak koreksi. Salah satu yang paling terpukul adalah Pump.fun (PUMP), yang anjlok 15 persen ke USD 0,003074. RSI PUMP juga melemah di bawah level netral 50, mengindikasikan tekanan jual masih dominan. Jika tidak mampu bertahan di support USD 0,002921, harga bisa terjun ke USD 0,002428.

Menariknya, di tengah penurunan ini, analis seperti Wimar.X justru memprediksi altseason terbesar dalam sejarah akan segera tiba. Menurutnya, altseason biasanya terjadi sekitar 380 hari setelah Bitcoin Halving. Dengan Halving terakhir terjadi April 2024, maka altseason diperkirakan mulai sekitar Mei 2025.

Wimar.X menyebut tanda-tanda klasik sudah mulai muncul, seperti turunnya dominasi Bitcoin (BTC.D) dari 65,4% menjadi 63,7%. Penurunan dominasi ini biasanya menandai perpindahan arus modal ke altcoin. Dia bahkan optimistis kapitalisasi pasar altcoin bisa menembus USD 15 triliun di siklus ini.

Namun, data Altcoin Season Index justru menunjukkan angka terendah di tahun ini, yaitu 13 dari 100. Artinya, hanya sedikit altcoin yang mengungguli performa Bitcoin dalam 90 hari terakhir. Meski sempat naik menjadi 18, level ini masih jauh dari angka 75 yang menjadi ambang batas altseason.

Apakah prediksi altseason akan tetap terbukti seperti pola historis sebelumnya? Atau kali ini investor harus lebih bersabar menunggu momen breakout?