BMKG Gelar Sekolah Lapang Iklim Cegah Gagal Panen

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Perubahan Iklim dan Tantangan yang Dihadapi Sektor Pertanian

Perubahan iklim semakin nyata dan memberikan dampak signifikan terhadap berbagai sektor, termasuk pertanian. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menekankan pentingnya langkah mitigasi untuk menghadapi kondisi ini. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui program Sekolah Lapang Iklim (SLI), yang bertujuan membekali petani dengan pengetahuan dan pendampingan agar lebih siap beradaptasi dengan perubahan iklim.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa tahun 2024 menjadi salah satu tahun terpanas dalam sejarah. Suhu rata-rata global mencapai 1,55 °C di atas era pra-industri (1850–1900). Angka ini melebihi ambang batas 1,5 °C yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris 2015. Menurutnya, fakta ini menjadi alarm bagi seluruh umat manusia untuk segera mengambil tindakan.

Di Indonesia, tahun 2024 juga tercatat sebagai tahun terpanas sejak pengamatan dimulai pada tahun 1981. Rata-rata suhu mencapai 27,5 derajat Celsius dengan anomali sebesar 0,8 derajat Celsius dibandingkan rata-rata normal 1991–2020. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan suhu yang signifikan dan memperkuat kekhawatiran akan dampak jangka panjang dari perubahan iklim.

Menurut Dwikorita, perubahan iklim saat ini telah memengaruhi intensitas bencana dan krisis air, yang turut mengancam sektor pertanian. Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi dunia berpotensi menghadapi krisis pangan pada tahun 2050 jika kenaikan suhu bumi tidak dapat dikendalikan. Faktor utama yang menyebabkan hal ini adalah kombinasi pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca serta anomali iklim regional.

Dampak ini menjadi tantangan serius bagi sektor pertanian yang sangat rentan terhadap perubahan iklim. Untuk menghadapi tantangan ini, BMKG menggelar Sekolah Lapang Iklim di berbagai daerah. Program ini bertujuan membekali petani dengan kemampuan membaca prediksi iklim, menyesuaikan pola tanam, memilih varietas sesuai kondisi musim, hingga mengoptimalkan pemanenan air hujan guna menekan risiko gagal panen.

Dwikorita menjelaskan bahwa dalam situasi perubahan iklim, konsep "titi mongso" yang biasa digunakan oleh petani di Indonesia menjadi tidak relevan lagi. Meskipun petani sudah terbiasa dengan konsep tersebut, kondisi iklim yang tidak stabil membuat mereka harus beradaptasi dengan cara baru.

Tahun ini, SLI Tematik di Kabupaten Gunung Kidul diikuti oleh 60 peserta yang berasal dari kelompok tani, kelompok wanita tani, penyuluh, hingga petani milenial. Kegiatan ini juga menjadi wadah kolaborasi antara BMKG dengan pemerintah daerah untuk memperkuat ketahanan pangan lokal.

Wakil Bupati Gunungkidul Joko Parwoto menyatakan bahwa sektor pertanian merupakan tulang punggung ekonomi Gunungkidul, namun juga sektor yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Ia menambahkan bahwa melalui SLI, petani belajar menerapkan informasi iklim langsung ke usaha tani mereka, sehingga lebih siap menghadapi kekeringan maupun hujan ekstrem.