Dokter Tan Shot Kritik Program MBG, Mulai Bahan hingga Ahli Gizi Kurang Berpengalaman

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Kritik Terbuka terhadap Program Makanan Bergizi Gratis

Dokter Tan Shot Yen, seorang ahli gizi masyarakat yang diakui keahliannya, memberikan kritik tajam terhadap program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang saat ini menjadi sorotan. Kritik ini muncul setelah beberapa kasus keracunan yang dilaporkan terjadi, menunjukkan adanya masalah serius dalam penerapan program tersebut.

Dalam sidang bersama Komisi IX DPR RI, Dokter Tan menyoroti masalah utama pada program MBG, yaitu penggunaan produk industri ultra-proses (UPF) sebagai menu utama. Menurutnya, distribusi makanan kering yang mengandung UPF harus segera dihentikan. "Hentikan distribusi makanan kering yang mengacu pada produk industri sebagai UPF," ujarnya dengan tegas. Ia menilai bahwa kasus keracunan yang terjadi sudah seharusnya menjadi perhatian lebih serius. "Banyak yang meliput soal keracunan, tapi masalah mendasar ini harus diangkat."

Selain masalah bahan baku, Dokter Tan juga menyampaikan kekhawatiran tentang kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam program MBG. Berdasarkan pengamatan lapangan, ia menemukan bahwa banyak ahli gizi yang bekerja di dalam program ini masih memiliki pengalaman dan pengetahuan yang minim. "Ahli gizinya baru lulus, dan lebih lucu lagi mereka tidak mengerti apa itu HACCP," katanya. Ia merujuk pada standar Hazard Analysis and Critical Control Points yang merupakan pedoman penting dalam pengelolaan makanan. "Kalau ditanya 'apa itu HACCP?', mereka malah bingung. Jelas jam terbangnya masih kurang," ungkapnya.

Menurut Dokter Tan, masalah ini membuat program MBG tidak berjalan optimal. Ia menilai bahwa fokus program hanya pada hitungan kalori, bukan pada kualitas gizi yang diberikan kepada masyarakat. "Kualitasnya, ya anak sekarang ngomongnya katanya kualitasnya 'ngehe'," imbuhnya, menekankan bahwa asupan yang diberikan jauh dari kata layak. Ia menilai bahwa program ini belum mampu memenuhi harapan masyarakat dalam hal nutrisi yang seimbang dan aman untuk dikonsumsi.

Penyebab Utama Masalah dalam Program MBG

Beberapa faktor dapat menjadi penyebab utama masalah dalam program MBG. Pertama, penggunaan bahan baku yang tidak sesuai dengan standar gizi sehat. Produk industri ultra-proses sering kali mengandung bahan tambahan yang tidak baik bagi kesehatan, seperti gula tambahan, lemak trans, dan bahan pengawet. Hal ini bisa meningkatkan risiko penyakit kronis jika dikonsumsi secara terus-menerus.

Kedua, kurangnya pemahaman dan pengalaman dari tenaga ahli gizi yang terlibat dalam program. Dengan jumlah tenaga yang terbatas dan kurangnya pelatihan, mereka cenderung kesulitan dalam merancang menu yang seimbang dan aman. Selain itu, kurangnya pemahaman tentang standar higienis seperti HACCP memperparah risiko kontaminasi makanan selama proses produksi dan distribusi.

Ketiga, sistem distribusi yang tidak efektif. Banyak masyarakat yang menerima makanan bergizi gratis tetapi tidak memperoleh informasi yang cukup tentang cara menyimpan dan mengolah makanan tersebut. Hal ini dapat memengaruhi kualitas dan keamanan makanan yang diterima.

Solusi yang Diperlukan

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah-langkah strategis. Pertama, pemerintah harus memastikan bahwa bahan baku yang digunakan dalam program MBG sesuai dengan standar kesehatan dan gizi. Penggunaan produk industri ultra-proses harus diminimalkan atau dihindari sepenuhnya.

Kedua, pelatihan dan pendidikan bagi tenaga ahli gizi harus ditingkatkan. Pemahaman tentang standar higienis dan manajemen risiko dalam pengolahan makanan sangat penting agar mencegah terjadinya keracunan.

Ketiga, sistem distribusi dan edukasi kepada masyarakat perlu diperbaiki. Masyarakat harus diberikan informasi yang jelas tentang cara menyimpan dan mengolah makanan yang diterima agar tetap aman dan bernutrisi.

Dengan perbaikan-perbaikan ini, program Makanan Bergizi Gratis dapat menjadi solusi nyata dalam mengatasi masalah gizi masyarakat, bukan sekadar program yang tidak efektif.