Kesulitan Berpikir Akibat Informasi Berlebihan: Penjelasan Psikologi tentang Brain Rot

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Masalah Fokus di Era Digital

Di era yang penuh dengan informasi dan teknologi, banyak dari kita pernah mengalami situasi di mana niat awalnya hanya ingin membuka media sosial sebentar, namun akhirnya malah terjebak dalam berbagai konten tanpa henti. Di satu sisi, hal ini bisa terasa menyenangkan karena memberikan akses ke banyak informasi baru. Namun, di sisi lain, otak justru mudah lelah dan kesulitan untuk fokus.

Fenomena ini dikenal sebagai digital overload atau banjir informasi, yang memiliki dampak signifikan pada kemampuan fokus seseorang. Menurut American Psychological Association (APA), rentang perhatian manusia semakin menurun di era digital. Notifikasi yang terus-menerus muncul dari gawai membuat otak terbiasa dengan stimulasi cepat, sehingga sulit untuk bertahan dalam satu aktivitas dalam jangka waktu lama.

Akibatnya, banyak orang merasa mudah terganggu, cepat bosan, bahkan kesulitan menyelesaikan pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi mendalam. Hal ini makin diperparah oleh istilah yang populer di kalangan anak muda, yaitu brain rot. Brain rot menggambarkan kondisi ketika otak terasa “mati rasa” akibat terlalu banyak terpapar konten singkat yang serba cepat seperti video reels, TikTok, atau shorts.

Konten-konten ini dirancang untuk memberikan kepuasan instan, tetapi efek jangka panjangnya membuat otak kehilangan kemampuan untuk menikmati proses belajar atau membaca yang lebih panjang. Penelitian yang dilakukan oleh Columbia Magazine juga menunjukkan bahwa multitasking digital—seperti membuka banyak tab browser sekaligus atau mengecek media sosial sambil bekerja—membuat otak bekerja lebih keras dari biasanya.

Sayangnya, alih-alih lebih produktif, kebiasaan ini justru mengurangi efisiensi otak hingga 40 persen karena energi mental terkuras untuk berpindah fokus. Dari sisi kesehatan mental, RSMM Bogor menjelaskan bahwa digital overload juga bisa memicu stres, kecemasan, hingga insomnia. Otak yang terlalu sering dipaksa berpindah fokus akan mengalami kelelahan kognitif. Itu sebabnya, banyak orang merasa gelisah saat jauh dari ponsel, bahkan sulit tidur karena otak masih terus aktif memproses informasi yang menumpuk.

Mengapa Otak Mudah Terdistraksi?

Menurut Psikologi Universitas Airlangga, otak manusia punya mekanisme alami untuk mencari hal-hal baru (novelty seeking). Media sosial dan internet mengeksploitasi kecenderungan ini lewat algoritma yang selalu menampilkan konten segar. Setiap kali kita menemukan informasi baru, otak melepaskan dopamin yang memberi rasa puas. Lama-kelamaan, otak terbiasa dengan “reward instan” dan jadi sulit bertahan pada aktivitas yang butuh kesabaran.

Fenomena ini tentu bukan tanpa dampak serius. Jika dibiarkan, kemampuan belajar menurun, produktivitas kerja terganggu, hingga kualitas hubungan sosial ikut terdampak. Penelitian di BMC Public Health (2024) menemukan bahwa individu dengan tingkat paparan media sosial tinggi cenderung memiliki tingkat konsentrasi lebih rendah dan lebih rentan mengalami gangguan emosional.

Solusi untuk Meningkatkan Fokus

Apakah kondisi ini bisa diatasi? Tentu bisa. Ada beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan. Pertama, mulai dengan membatasi waktu layar. Fitur screen time bisa membantu kita sadar berapa banyak waktu yang dihabiskan di depan gawai. Kedua, latih otak untuk kembali fokus lewat aktivitas yang butuh konsentrasi penuh, seperti membaca buku fisik, menulis jurnal, atau meditasi.

Ketiga, biasakan melakukan digital detox meski hanya beberapa jam sehari. Menurut Columbia Magazine, jeda singkat dari perangkat digital bisa membantu otak “bernapas” dan mengembalikan kejernihan pikiran. Selain itu, menjaga pola tidur yang sehat juga penting, karena kualitas istirahat memengaruhi kemampuan otak untuk fokus.

Pada akhirnya, sulit fokus di era informasi cepat adalah masalah yang hampir semua orang alami. Namun, dengan kesadaran dan manajemen diri yang tepat, kita bisa kembali melatih otak agar lebih tenang dan produktif. Ingat, informasi memang penting, tapi otak yang sehat jauh lebih berharga.