
Kehilangan Ulama Besar di Arab Saudi
Arab Saudi kehilangan salah satu tokoh agama terbesarnya, yaitu Grand Mufti Syeikh Abdulaziz Al-Asheikh, yang meninggal dunia pada usia 82 tahun pada hari Selasa (23/9). Ia dikenal sebagai ulama paling senior di negara tersebut dan menjadi rujukan resmi dalam urusan agama, syariah, serta fatwa. Pemakaman almarhum dilaksanakan setelah salat ashar di Masjid Imam Turki bin Abdullah di Riyadh, dengan salat jenazah yang dihadiri oleh para pemimpin tinggi kerajaan.
Hadirnya Para Pemimpin Negara dalam Salat Jenazah
Dalam pelaksanaan salat jenazah, tampak hadir Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri Arab Saudi, Muhammad bin Salman (Pangeran MBS), bersama para pembesar negara lainnya. Pemerintah Riyadh mengumumkan bahwa Yang Mulia Putra Mahkota menunaikan salat jenazah untuk almarhum Syeikh Abdulaziz bin Abdullah bin Mohammed Al Asheikh. Selain itu, atas perintah Raja Salman, salat jenazah secara gaib juga dilakukan di Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabawi di Madinah, serta masjid-masjid lain di seluruh negeri.
Jabatan dan Kontribusi Besar Syeikh Abdulaziz
Syeikh Abdulaziz menjabat sebagai Grand Mufti, posisi tertinggi dalam sistem fatwa negara. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Ketua Dewan Ulama Senior, Presiden Lembaga Riset Ilmiah dan Fatwa, serta Ketua Dewan Tertinggi Liga Muslim Dunia. Dalam berbagai perannya, ia memberikan kontribusi besar dalam memajukan nilai-nilai moderasi dan keseimbangan dalam Islam.
Penyampaian Khotbah Arafah yang Berkesinambungan
Salah satu peran penting Syeikh Abdulaziz adalah sebagai khatib di Masjid Namirah di padang Arafah, lokasi puncak haji. Ia menjadi khatib keenam dalam masa pemerintahan Saudi modern di tempat tersebut. Sejak tahun 1982 hingga 2015, ia menyampaikan khotbah Hari Arafah secara berkelanjutan, menjadikannya khatib terlama dalam sejarah Masjid Namirah.
Khotbah beliau dikenal dengan penekanan pada tauhid, pengagungan syiar Allah, serta ajakan untuk tetap berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah. Ia juga menekankan pentingnya persatuan umat Islam dan menjauhi fitnah serta perpecahan. Khotbah-khotbahnya menjadi referensi utama dalam kajian dan penelitian syar’i.
Kehidupan dan Pengabdian Syeikh Abdulaziz
Syeikh Abdulaziz lahir di Makkah 82 tahun lalu. Ayahnya meninggal saat ia berusia 8 tahun, namun hal ini tidak menghalangi ia untuk menuntut ilmu. Ia belajar Al-Quran dan ilmu syar’i dari berbagai guru. Meskipun penglihatannya mulai terganggu pada usia 20-an tahun, ia tetap melanjutkan studi dan mengajar hingga menjadi profesor.
Ia juga aktif dalam berbagai ceramah di masjid utama di Riyadh, termasuk Masjid Imam Turki bin Abdullah—yang kemudian menjadi tempat salat jenazahnya ketika wafat.
Duka Cita dari Tokoh-Tokoh Agama
Presiden Urusan Agama Dua Masjid Suci, Syeikh Abdulrahman Al-Sudais, menyampaikan dukacita atas wafatnya Syeikh Abdulaziz. Menurutnya, kerajaan Arab Saudi dan dunia Islam telah kehilangan salah satu ulama terkemuka yang mendedikasikan hidupnya untuk melayani agama, menegakkan akidah, serta membimbing umat menuju persatuan dan stabilitas.
Selain itu, Kepresidenan Urusan Keagamaan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi menyebutkan bahwa khotbah Arafah yang disampaikan Syeikh Abdulaziz menjadi sumber rujukan dalam kajian dan penelitian syar’i. Mereka juga menyampaikan doa untuk almarhum agar diterima di sisi Allah.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!