
Pengalaman Culture Shock Aini Mama Minja Saat Pindah ke Sidoarjo
Indonesia dikenal dengan keragaman budaya yang dimiliki oleh setiap daerahnya. Hal ini sering kali menjadi sumber kebingungan bagi orang yang baru saja pindah ke suatu daerah, terutama dalam hal bahasa dan kebiasaan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah pengalaman seorang warganet bernama Aini Mama Minja yang berasal dari Solo dan kini tinggal di Sidoarjo.
Aini membagikan ceritanya melalui akun TikTok miliknya, yang kemudian viral dan mendapat banyak perhatian. Postingannya telah ditonton lebih dari 500 ribu kali dan mendapatkan lebih dari dua ribu komentar. Dalam video tersebut, ia menjelaskan beberapa perbedaan bahasa antara Solo dan Sidoarjo yang membuatnya merasa bingung.
Perbedaan Kosa Kata yang Membuat Bingung
Salah satu hal pertama yang membuat Aini bingung adalah penggunaan kata-kata yang memiliki makna berbeda antara daerah asalnya dan tempat tinggal barunya. Misalnya, kata “bontot” di Solo merujuk pada anak terakhir dalam keluarga. Namun, di Sidoarjo, kata ini memiliki arti yang berbeda, yaitu bekal atau makanan yang dibawa.
Kemudian ada kata “kora-kora”. Di Sidoarjo, kata ini digunakan untuk menyebut aktivitas mencuci piring, sedangkan di Solo, kata ini mengacu pada wahana permainan yang sering ditemukan di pasar malam.
Selain itu, istilah “daun bawang” juga berbeda. Warga Sidoarjo biasa menyebutnya dengan “daun pre”, sedangkan di Solo disebut “loncang”. Aini menulis, “Belanja dong bawang dikasihnya kucai, Sidoarjo nyebut loncang itu dong pre.” Ini menunjukkan betapa berbedanya cara penyebutan bahan masak antara dua daerah tersebut.
Penggunaan Kata “Temenan” dan “Kon”
Masih ada lagi kata-kata yang membuat Aini bingung. Misalnya, kata “temenan” di Solo memiliki arti pertemanan, namun di Sidoarjo, kata ini digunakan untuk menyampaikan makna “beneran”. Contoh penggunaannya adalah “temenan ngerti gak”, yang berarti “benar-benar tahu tidak”.
Sementara itu, kata “kon” sering digunakan sebagai kata ganti untuk menyebut “kamu”. Contohnya, “kon ngerti gak” yang artinya “kamu tahu tidak”. Namun, di Solo, kata “kon” bisa juga digunakan sebagai bentuk perintah, seperti “dikon” yang berarti “disuruh”.
Reaksi Warganet Terhadap Pengalaman Aini
Pengalaman Aini ini memicu banyak komentar dari warganet. Beberapa dari mereka juga mengungkapkan pengalaman serupa saat tinggal di Sidoarjo. Misalnya, seorang netizen dengan akun @rita berkomentar, “Tinggal di Sidoarjo 20 tahun, paling sedih kalau ada yang bilang ‘pean.’” Ini menunjukkan bahwa ada banyak orang yang juga merasa bingung dengan istilah-istilah lokal di Sidoarjo.
Komentar lain datang dari @keu yang menulis, “Pliss aku ya tidak paham di Sidoarjo ada kata-kata ‘gak tayo’ apaan itu.” Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Sidoarjo memiliki ciri khas yang unik dan mungkin sulit dipahami oleh orang luar.
Kesimpulan
Pengalaman Aini Mama Minja mengingatkan kita bahwa perbedaan budaya dan bahasa bisa sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari. Meskipun terkadang menimbulkan kebingungan, hal ini juga menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang perlu dihargai dan dipahami. Dengan saling berbagi pengalaman seperti ini, kita bisa lebih memahami perbedaan yang ada dan menjaga toleransi antar daerah.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!