
Film-Film yang Menggambarkan Nasib Anak Tengah
Anak tengah sering dianggap sebagai sosok yang tidak mendapat perhatian yang cukup dari orang tua dan saudara kandung. Meskipun banyak orang menganggap ini hanya mitos, nyatanya ada banyak orang yang merasa bahwa mereka memang merasakan pengabaian tersebut. Hal ini terjadi karena setiap anak memiliki pengalaman berbeda dalam keluarga yang sama, meski dibesarkan oleh orangtua yang sama pula.
Banyak film-film populer cenderung menampilkan tokoh utama yang merupakan anak tertua atau termuda, sedangkan anak tengah jarang menjadi fokus utama. Namun, beberapa film tetap mengangkat tema ini dengan cara yang menarik dan menyentuh hati. Berikut adalah beberapa rekomendasi film tentang nasib anak tengah dari berbagai negara yang mungkin bisa membuatmu merasa lebih dekat dengan cerita-cerita yang disampaikan.
1. Welcome to the Dollhouse (1995)
Film ini akhirnya mendapatkan label cult-classic karena relevansinya yang kuat. Naskah film ini ditulis dari sudut pandang Dawn (Heather Matarazzo), seorang siswa SMP yang tinggal bersama orangtuanya dan dua saudara kandungnya. Sebagai anak tengah, Dawn sering diabaikan. Ibunya sangat memanjakan adiknya yang manipulatif, sementara sang kakak dan ayahnya sibuk dengan kehidupan masing-masing. Tak ada plot jelas di sini, semuanya hanya berkutat pada kehidupan Dawn di sekolah dan rumah yang penuh tantangan. Mulai dari di-bully teman sekelas hingga naksir teman kakaknya yang menyebalkan, hingga tak digubris di rumah, membuatnya menyimpan dendam pada sang adik.
2. Persuasion (1995)
Persuasion adalah adaptasi novel klasik Jane Austen yang telah diangkat ke layar lebar beberapa kali. Namun, versi BBC tahun 1995 dinilai sebagai yang terbaik dan paling akurat. Film ini dengan jelas memotret nasib Anne Elliot (Amanda Root) yang berstatus anak tengah. Anne dikelilingi oleh orang-orang yang mengabaikan kebutuhan emosinya, sehingga membuatnya tumbuh menjadi sosok yang sering mengalah dan reflektif. Nasib ini juga menjelaskan bagaimana ia bisa menjalin hubungan dengan Frederick Wentworth yang bahasa cintanya adalah tindakan nyata.
3. Still Walking (2008)
Hirokazu Koreeda, sutradara ternama Jepang, memang ahli dalam menyajikan psikoanalisis yang memukau. Dalam film Still Walking, dinamika keluarga di Jepang digambarkan secara detail. Setiap bulan November, keluarga ini berkumpul untuk ziarah ke makam kerabat. Di sini, penyebab dan dampak dari kematian anak tertua yang tewas dalam insiden memilukan dijelajahi. Termasuk bagaimana kematian itu membongkar perlakuan orang tua terhadap anak tengah yang dianggap gagal memenuhi ekspektasi mereka.
4. His Three Daughters (2023)
Dalam film His Three Daughters, posisi anak tengah Rachel (Natasha Lyonne) cukup pelik. Ia bukan hanya anak tengah, tapi juga anak tiri dari seorang pria yang sedang sakit parah. Melihat kondisi ayahnya yang memburuk, Rachel menghubungi dua saudarinya untuk tinggal di apartemen ayah mereka. Di sinilah dinamika hubungan antara ketiga saudara tersingkap. Kedua saudari Rachel mempertanyakan pilihan si anak tengah tinggal bersama ayah, dan secara tidak langsung menganggapnya gagal dan bokek. Namun, seiring film bergulir, kita diajak menyelami posisi dan situasi masing-masing anak.
5. Back to Burgundy (2017)
Anak tengah yang memilih tinggal dan meneruskan bisnis orangtuanya menjadi protagonis utama dalam film Prancis Back to Burgundy. Seperti Rachel dalam His Three Daughters, Juliette (Ana Girardot) mengabari kakaknya yang tinggal di luar negeri untuk pulang karena kondisi ayah mereka yang memburuk. Bersama dengan adik bungsu mereka, ketiganya dipaksa menyelesaikan masalah yang selama ini mereka tunda. Juliette mengalami krisis khas anak tengah, dan sebagai perempuan di tengah keluarga dan bisnis anggur, ini menambah kerumitan cerita.
Kesimpulan
Dari lima film tentang anak tengah ini, kita diajak mengamini dan menghargai pengalaman personal masing-masing orang. Apa yang kamu alami mungkin berbeda, tapi bagi sebagian orang, sindrom anak tengah bisa menjadi pengalaman traumatis yang membentuk kepribadian mereka. Meskipun mungkin hanya mitos bagi sebagian, bagi yang lain, ini adalah realitas yang nyata.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!