
Aksi Tegas Presiden Prabowo di PBB: Menggebrak Meja dan Minta Perdamaian Segera
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menunjukkan sikap tegas dalam pidatonya selama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) untuk Penyelesaian Damai atas Masalah Palestina yang berlangsung di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Aksinya menggebrak meja podium sebanyak tiga kali menjadi perhatian utama dalam forum internasional tersebut.
Dalam pidatonya yang penuh tekanan moral, Prabowo secara tegas menyerukan pengakuan kemerdekaan Palestina. Ia menilai bahwa langkah ini adalah kunci utama untuk menciptakan perdamaian di Timur Tengah dan dunia secara keseluruhan. Aksi menggebrak meja itu dilakukan saat ia menutup pernyataannya, menandai desakan kuat agar dunia segera bertindak nyata.
Prabowo menyampaikan pandangannya setelah delegasi dari Yordania, Turki, Brasil, dan Portugal. Dalam pidatonya, ia menegaskan posisi Indonesia yang konsisten mendukung solusi dua negara sebagai satu-satunya jalan damai yang adil dan berkelanjutan bagi rakyat Palestina dan Israel.
Setelah selesai berpidato, Prabowo tidak langsung turun dari podium. Kepala Negara RI itu sekali lagi menekankan bahwa kemerdekaan Palestina harus berlangsung sesegera mungkin. Bahkan, Presiden ke-8 RI itu nampak gemas sambil menggebrak meja hingga tiga kali sambil memohon agar dunia segera mewujudkan kemerdekaan Palestina agar terciptanya perdamaian di dunia.
“Tolong, tolong wujudkan perdamaian sekarang juga, kami membutuhkan perdamaian. Terima kasih banyak,” ujar Prabowo sebelum turun dari podium.
Sidang Majelis Umum PBB: Agenda Selanjutnya
Setelah berbicara di KTT untuk Penyelesaian Damai atas Masalah Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara, Prabowo Subianto juga dijadwalkan berbicara di Sidang Majelis Umum PBB. Dalam jadwal tersebut, Presiden akan menyampaikan pidato pada sesi Debat Umum di Sidang Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat, pada Selasa (23/9/2025).
Pidato Prabowo akan disampaikan pada urutan ketiga, setelah Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Selain Prabowo, sejumlah pimpinan negara lain juga akan berbicara, seperti Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan, Raja Abdullah II dari Yordania, dan Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani.
Seskab Teddy Indra Wijaya menjelaskan bahwa Sidang Majelis Umum tahun ini menjadi momentum penting bagi Indonesia. Selain kembali tampil di level tertinggi forum PBB, Indonesia juga akan menegaskan perannya sebagai pemimpin Global South yang konsisten menyuarakan agenda reformasi tata kelola dunia agar lebih adil dan inklusif.
Insiden Mikrofon Mati Saat Pidato
Selama pidato Prabowo di KTT terkait solusi dua negara untuk Palestina dan Israel, terjadi insiden mikrofon yang mati. Kementerian Luar Negeri RI menjelaskan alasan suara Presiden RI Prabowo tiba-tiba tidak terdengar dalam saluran siaran langsung milik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) webtv.un.org.
Direktur Informasi dan Media Kemenlu Hartyo Harkomoyo menjelaskan, mikrofon dimatikan karena Prabowo berbicara lebih dari aturan yang diberikan. "Berkaitan dengan pidato pertemuan di atas, terdapat rule of procedure bahwa setiap negara mendapat kesempatan lima menit," kata pria yang akrab disapa Yoyok ini dalam pesan singkat, Selasa (23/9/2025).
Yoyok mengatakan, apabila pidato lebih dari lima menit, mikrofon akan dimatikan dalam video live streaming milik PBB. "Jadi suara yang tidak terdengar di video/streaming dikarenakan pidato yang lebih dari waktu yang ditentukan," kata Yoyok.
Isi Pidato Prabowo: Kecaman Terhadap Kekerasan dan Permintaan Perdamaian
Presiden Prabowo berbicara usai Raja Yordania Abdullah II bin Al Hussein, Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan, Presiden Brasil Luis Ignacio Lula Da Silva, dan Presiden Portugal Marcel Rebelo de Sousa. Dalam pidatonya, Prabowo menyerukan kepada negara-negara anggota PBB untuk segera mengakui Palestina dan menghentikan perang.
Prabowo berpidato dalam bahasa Inggris dan berikut adalah terjemahan bahasa Indonesia-nya:
"Yang terhormat Presiden Prancis Emmanuel Macron, Yang Mulia Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, selaku pimpinan bersama (co-chairs) pertemuan terhormat ini. Pimpinan sidang, perwakilan sidang PBB yang terhormat, Saya ingin menyampaikan penghargaan dan penghormatan tertinggi kami kepada Pemerintah Prancis dan Kerajaan Arab Saudi atas kepemimpinan dan keyakinan mereka dalam musyawarah penting ini."
"Kami mengenang tragedi tak terperi yang sedang berlangsung di Gaza. Ribuan nyawa tak berdosa, banyak di antaranya perempuan dan anak-anak, telah terbunuh, kelaparan membayangi. Bencana kemanusiaan sedang terjadi di depan mata kita. Kami mengutuk semua tindakan kekerasan terhadap warga sipil yang tidak berdosa. Oleh karena itu, hari ini dengan bermartabat kita berkumpul untuk mengemban tanggung jawab sejarah kita."
"Tanggung jawab ini tidak hanya berbicara tentang nasib Palestina, tetapi juga tentang masa depan Israel, dan juga tentang kredibilitas PBB. Kami mengutuk segala bentuk kekerasan terhadap warga sipil tak berdosa."
"Oleh karena itu, Indonesia sekali lagi menegaskan kembali komitmennya terhadap solusi dua negara dalam masalah Palestina. Hanya solusi dua negara yang akan membawa perdamaian. Kita harus menjamin kenegaraan Palestina. Namun, Indonesia juga menyatakan bahwa setelah Israel mengakui kemerdekaan dan kenegaraan Palestina, Indonesia akan segera mengakui negara Israel. Dan kami akan mendukung semua jaminan keamanan Israel."
"Deklarasi New York telah menyediakan jalan damai dan adil menuju perdamaian. Kenegaraan harus berarti perdamaian. Pengakuan harus berarti peluang nyata menuju perdamaian abadi. Harus ada perdamaian sejati bagi semua pihak."
"Yang Mulia, Negara-negara terkemuka di dunia yang mengambil langkah-langkah prinsip ini, Prancis, Kanada, Inggris, Portugal, dan banyak negara terkemuka di dunia telah mengambil langkah di sisi sejarah yang benar."
"Pengakuan negara Palestina adalah langkah yang tepat di sisi sejarah yang benar. Bagi mereka yang belum bertindak, kami katakan: Sejarah tidak berhenti. Kita harus mengakui Palestina sekarang. Kita harus menghentikan bencana kemanusiaan di Gaza."
"Mengakhiri perang harus menjadi prioritas utama kita. Kita harus mengatasi kebencian, ketakutan, kita harus mengatasi kecurigaan, kita harus mencapai perdamaian yang dibutuhkan umat manusia."
"Kita siap mengambil bagian dalam perjalanan menuju perdamaian ini. Kita siap menyediakan pasukan penjaga perdamaian. (audio tak terdengar) Damai, damai sekarang! Damai, segera! Kita butuh perdamaian. Terima kasih banyak."
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!