
Langkah Strategis Kimia Farma dalam Menghadapi Tantangan Keuangan
PT KIMIA Farma Tbk. (KAEF) sedang mempersiapkan rencana besar untuk menjual sejumlah aset yang dimiliki perusahaan. Dalam rencana ini, perusahaan akan menjual 38 aset yang terdiri dari bangunan dan tanah dengan total nilai mencapai Rp 2,1 triliun. Langkah ini disebut sebagai bagian dari strategi restrukturisasi perusahaan untuk meningkatkan stabilitas keuangan dan mendukung pertumbuhan bisnis.
Corporate Secretary Kimia Farma, Ganti Winarno Putro, mengatakan bahwa perseroan akan meminta persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 3 November 2025. Tujuan dari aksi korporasi ini adalah untuk memperoleh dana kas yang dapat digunakan untuk mendukung operasional dan pengembangan usaha perusahaan. Dengan menjual aset, diharapkan perusahaan bisa lebih fleksibel dalam mengelola modal kerja dan menjaga keseimbangan antara likuiditas serta profitabilitas.
Menurut Ganti, pengalihan aset ini mencakup sekitar 65,35 persen dari total kekayaan perusahaan per 30 Juni 2025 yang mencapai Rp 3,2 triliun. Saat ini, Kimia Farma tengah menghadapi tantangan dalam pengelolaan modal kerja. Salah satu faktor utama yang menjadi kendala adalah kenaikan suku bunga pinjaman yang berdampak pada kemampuan perusahaan dalam menjaga keseimbangan antara likuiditas dan profitabilitas.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Kimia Farma telah menyiapkan Rencana Restrukturisasi Perusahaan (RRP). Salah satu strategi dalam RRP adalah melalui pengalihan aset berupa tanah dan bangunan. Penjualan aset ini akan dilakukan melalui tiga cara, yaitu penawaran umum atau lelang, penawaran terbatas, atau penunjukan langsung. Dalam hal penawaran umum atau lelang, pelaksanaannya bisa dilakukan secara mandiri oleh Perseroan yang dilaksanakan oleh Panitia Penjualan, atau oleh pejabat lelang yang bertugas di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang.
Performa Keuangan Kimia Farma
Dalam semester I 2025, Kimia Farma membukukan rugi sebesar Rp 135 miliar. Meskipun jumlah ini lebih rendah dibandingkan kerugian pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 312 miliar, perusahaan tetap menghadapi tantangan dalam menjaga kinerja keuangan.
Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis di Bursa Efek Indonesia, Kimia Farma mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 4,3 triliun. Penjualan ini berasal dari pihak ketiga sebesar Rp 3,8 triliun dan pihak berelasi sebesar Rp 452 miliar. Di sisi lain, penjualan luar negeri dari produk garam kina dan essential oil tercatat sebesar Rp 63 miliar, sedangkan obat dan alat kesehatan hanya mencapai Rp 316 juta.
Beban pokok penjualan Kimia Farma juga turun dari Rp 3,6 triliun menjadi Rp 2,8 triliun selama Januari-Juni 2025. Beban usaha tercatat sebesar Rp 1,4 triliun, turun dari Rp 1,7 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, jumlah liabilitas Kimia Farma saat ini sebesar Rp 11,6 triliun dengan ekuitas sebesar Rp 14,9 triliun. Aset perusahaan hingga 30 Juni 2025 mencapai Rp 14,9 triliun.
Pertumbuhan Bisnis dan Kinerja Tahun 2024
Selama tahun 2024, Kimia Farma mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 1,1 triliun. Angka ini lebih baik dibandingkan kerugian pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp 2,2 triliun. Pendapatan yang dicatatkan perusahaan pada periode tersebut sebesar Rp 9,9 triliun, didorong oleh penjualan pihak ketiga lokal sebesar Rp 8,8 triliun, pihak berelasi sebesar Rp 990 miliar, serta penjualan garam kina dan essential oil ke luar negeri sebesar Rp 117 miliar.
Di samping itu, penjualan iodin dan derivat mencapai Rp 2,1 miliar, serta obat dan alat kesehatan sebesar Rp 17 miliar. Dengan kinerja yang terus meningkat, Kimia Farma berkomitmen untuk terus memperkuat posisi pasar dan menjaga stabilitas keuangan melalui berbagai strategi yang diambil.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!