
Inisiatif Global untuk Energi Terbarukan di Negara Berkembang
Sebuah aliansi global yang berfokus pada pengembangan energi terbarukan di negara berkembang rencananya akan mengalirkan investasi sebesar 7,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 124 triliun dalam lima tahun ke depan. Dana ini akan digunakan untuk memperkuat infrastruktur energi dan menciptakan peluang kerja di sektor hijau.
Inisiatif ini dipimpin oleh Global Energy Alliance for People and Planet (GEAPP), yang mendapatkan dukungan dari berbagai organisasi filantropi besar seperti Bezos Earth Fund, IKEA Foundation, dan Rockefeller Foundation. GEAPP telah beroperasi sejak diluncurkan pada konferensi iklim dunia tahun 2021, dan telah membantu lebih dari 30 negara dalam membangun jaringan listrik, sistem penyimpanan energi, serta menciptakan lapangan kerja di sektor hijau.
Model pembiayaan GEAPP mengandalkan dana hibah atau pinjaman murah untuk menarik perhatian bank pembangunan multilateral dan investor swasta. Namun, tantangan semakin berat setelah beberapa negara maju memangkas bantuan pembangunan. Data OECD menunjukkan bahwa bantuan resmi pembangunan global turun 7,1 persen pada 2024—penurunan pertama dalam enam tahun terakhir. Hal ini mendorong GEAPP untuk memperluas kemitraan dengan sektor filantropi dan swasta.
Chief Executive GEAPP, Woochong Um, menekankan pentingnya inovasi dalam pembiayaan. “Dengan anggaran bantuan yang semakin terbatas, kita membutuhkan model baru untuk menghadirkan pembangunan berskala besar,” ujarnya. GEAPP juga sedang menyiapkan "Energy and Opportunity Coalition" yang bertujuan mengintegrasikan energi hijau ke berbagai sektor seperti pertanian dan kesehatan.
Komitmen ini kembali menjadi perhatian ketika para pemimpin dunia berkumpul dalam Sidang Umum PBB di New York dan Climate Week. GEAPP juga menatap COP30 di Brasil pada November mendatang, yang diperkirakan akan menjadikan pendanaan transisi energi di negara berkembang sebagai agenda utama.
Tantangan Global dalam Pengembangan Energi Bersih
Tantangan global sangat besar. International Energy Agency (IEA) memperkirakan bahwa investasi energi bersih di negara berkembang, selain Tiongkok, perlu meningkat enam kali lipat hingga mencapai 1,6 triliun dolar AS atau sekitar Rp 26.544 triliun pada awal 2030-an untuk memenuhi target iklim dunia.
Di sisi lain, GEAPP terus mendorong pengembangan "Grids of the Future"—jaringan listrik yang siap mendukung energi terbarukan, terintegrasi secara digital, dan berkelanjutan secara finansial. Contoh penerapan konsep tersebut dapat dilihat di India, khususnya di Jaipur. Di sana, GEAPP membangun peta digital yang mencakup 6,5 juta aset utilitas. Dengan sistem ini, perusahaan listrik dapat mengidentifikasi potensi masalah sebelum menimbulkan gangguan, sehingga mampu menghemat lebih dari 50 juta dolar AS atau sekitar Rp 829 miliar setiap tahun.
Visi Masa Depan GEAPP
GEAPP berambisi mereplikasi teknologi tersebut di Asia, Afrika, Amerika Latin, hingga Karibia. Selama lima tahun pertama, aliansi ini telah memobilisasi 7,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp 129 triliun, menyediakan akses energi bagi hampir 240 juta orang, sekaligus memangkas emisi karbon hingga 952 juta metrik ton.
Untuk periode 2026–2030, GEAPP menargetkan penghimpunan sedikitnya 500 juta dolar AS atau sekitar Rp 8,3 triliun dari filantropi dan memutarnya hingga 15 kali lipat guna membuka investasi senilai 7,5 miliar dolar AS. Dengan langkah-langkah ini, GEAPP berharap bisa memberikan dampak signifikan dalam pengembangan energi terbarukan di berbagai belahan dunia.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!