Asing Lari dari SBN, Rupiah Terancam Rp 17.000 per Dolar

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Aliran Dana Asing ke Pasar Surat Berharga Negara (SBN) Menurun

Pasar Surat Berharga Negara (SBN) di Indonesia mengalami aliran keluar dana asing yang semakin besar, terutama seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi para pengamat ekonomi dan investor pasar modal.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI), pada periode 22 hingga 25 September 2025 terjadi aliran keluar dana asing sebesar Rp 2,71 triliun. Dari jumlah tersebut, sekitar Rp 2,16 triliun berasal dari pasar SBN. Angka ini menunjukkan peningkatan tekanan terhadap nilai tukar rupiah akibat ketidakpastian pasar dan kebijakan pemerintah yang dinilai tidak sepenuhnya stabil.

Menurut Ibrahim Assuaibi, seorang pengamat mata uang, pelemahan rupiah dan aliran keluar dana asing dari pasar SBN saling berkaitan. Ia menjelaskan bahwa ketika rupiah melemah, investor asing cenderung untuk menarik dana mereka dari instrumen pasar modal seperti SBN.

“Melihat nilai rupiah melemah, investor asing cenderung menarik dana dari SBN,” kata Ibrahim kepada salah satu media independen. Ia juga menyoroti peran kebijakan fiskal yang baru-baru ini diambil oleh pemerintah, terutama langkah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang menarik dana cadangan dan menyalurkannya melalui sistem perbankan.

Meskipun pengucuran dana sebesar Rp 200 triliun memberikan efek positif terhadap pasar modal, namun dampaknya terhadap rupiah tidak terlalu signifikan. Ibrahim menilai, perbedaan gaya komunikasi dan pengelolaan fiskal antara Menkeu Purbaya dan pendahulunya, Sri Mulyani, membuat pasar lebih waspada dan hati-hati.

Dampaknya, baik investor asing maupun domestik mulai mengurangi eksposur mereka terhadap pasar SBN. Namun, ia mencatat bahwa saat ini, porsi kepemilikan asing di SBN tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa investor domestik juga mulai menarik dana dari pasar SBN.

Prediksi Perkembangan Rupiah ke Depan

Ibrahim memprediksi bahwa rupiah berpotensi melemah lebih lanjut, bahkan bisa menembus angka Rp 17.000 per dolar AS pada Oktober 2025. Meskipun Bank Indonesia gencar melakukan intervensi di pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), nilai tukar rupiah tetap tidak menunjukkan perbaikan signifikan.

Ia menjelaskan bahwa meski BI melakukan intervensi, rupiah masih sulit untuk pulih karena adanya tekanan dari luar dan ketidakpastian ekonomi global. Selain itu, kebijakan fiskal yang belum sepenuhnya stabil juga turut memengaruhi persepsi pasar.

Untuk perdagangan Senin (29/9), Ibrahim memperkirakan bahwa rupiah akan bergerak di kisaran antara Rp 16.730 hingga Rp 16.800 per dolar AS. Prediksi ini didasarkan pada kondisi pasar saat ini dan perkembangan ekonomi makro yang terus berubah-ubah.